Suara hati tidak pernah berkhianat, ketika kamu berani mengikuti kata hati, maka kamu akan diarahkan kepada tujuan yg kamu mau.
Jika anda bersedia meluangkan waktu lima menit membaca artikel ini dengan khusyu, mungkin ada banyak pelajaran dan inspirasi yang akan anda dapat.
Tapi kali ini saya bukan sedang ingin berteori, memberi gagasan, atau beropini, melainkan sedang ingin memberi kesaksian atau bertestimoni tentang keajaiban yang baru saja saya alami.
Saya ingin mulai dengan satu pertanyaan, apakah anda percaya dengan keajaiban?
Jika porsi berpikir anda lebih berat di otak kiri dan logika anda lebih mendominasi dibandingkan dengan kata hati, anda pasti tidak setuju kalau keajaiban dan keberuntungan itu bisa diciptakan.
Sayangnya, keajaiban itu selalu melampaui logika dan memang tidak pernah bisa dinalar. Tapi itu terjadi, ada, nyata dan semua orang dalam satu kesempatan hidupnya pasti pernah mengalami keajaiban.
Hanya saja yang membedakan adalah, ada yang bisa mengulangi keajaiban-nya lagi dan ada yang tidak. Yang mana keajaiban itu seringkali kita sebut sebagai KEBETULAN.
Memang agak sulit menguraikan apa yang dimaksud dengan keajaiban itu, karena itu memang sudah masuk pembahasan di wilayah kuantum, bukan lagi di zona material yang objek kajian-nya bisa di inderai.
Tapi karena saya gemar meneliti hal-hal yang abstrak, tak terlihat, maka saya akan coba menguraikan-nya dengan cara melihat pola kejadian yang sudah saya alami.
Karena tulisan ini juga bentuknya diary, maka uraian-nya pun akan lebih banyak bercerita, ketimbang beretorika dan berargumentasi.