Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Yuk, Belajar Menulis Mulai dari Nol (Bagian 1)

11 Januari 2021   13:49 Diperbarui: 11 Januari 2021   13:59 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar kelas menulis cerita Raditya Dika (Sumber: dokumen pribadi)

Ide tulisan kali ini muncul dilatarbelakangi oleh komentar salah seorang rekan Kompasianer bernama Abdul yang suka berganti-ganti nama. Kadang Abdul, kadang Musfiq dan sekarang menjadi Abdul lagi dengan tambahan "Ya" dibelakangnya.

Saya bisa menebak kalau dia adalah seorang pecinta kucing dan seringkali mengklaim dirinya sebagai "Siluman". Entah siluman apa yang dia maksud, yang pasti dia adalah salah satu Kompasianer yang doyan ribut di kolom komen dengan Kompasianer lain seperti David Abdullah. 

Mereka adalah dua Kompasianer yang terlihat tidak akur dan seringkali debat di kolom koment menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing yang saya sendiri tidak mengerti apa artinya. 

Untungnya saya tidak pernah terprovokasi dan ikut tergiring kedalam permainan-nya. Saya juga tidak tahu apa maksud dan tujuan dia berkomentar di tulisan saya sebelumnya berjudul, "Menulis adalah Sarana untuk Mengurai Abstraksi dan Kompleksitas Pikiran". 

Dia secara terus terang mengungkapkan susahnya menulis dan mendadak minta "diajarin" menulis. Padahal jelas-jelas saya bukan penulis dan ahli nulis, saya hanya doyan menuangkan sengkarut, kompleksitas dan apa yang ada di pikiran ini kepada khalayak banyak.

Tapi demi rekan Kompasianer sekaligus sahabat guyon bernama Abdul ini, saya akan coba menjawab dan menanggapi permintaannya, yang entah itu serius atau hanya sekadar berpura-pura saja, karena dia sebenarnya adalah pujangga yang piawai memainkan rima dan meracik kata-kata jenaka disetiap puisi-puisinya.

Apapun motif dibelakang komentarnya itu tidak penting, tulisan ini dibutuhkan atau tidak juga tidak penting, karena yang terpenting saya bisa berbagi dan memberi inspirasi. Syukur-syukur pengetahuan receh ini bisa membantu dan bermanfa'at bagi siapapun yang baru mulai menulis.

Oke, mari kita mulai...

***

Sebelum akhirnya bisa menghasilkan kualitas tulisan seperti sekarang ini, saya sendiri setidaknya telah tiga kali mengikuti pelatihan atau kelas menulis yang semuanya berbayar dan dilakukan secara online.

Saya dua kali belajar di Tempo Insitute. Dikelas pertama saya belajar bersama Moerat Sitompul, tentang dasar-dasar kepenulisan, tentang bagaimana mencari ide, tulisan apa saja yang layak published, bagaimana melakukan riset dan reportase, bagaimana mewawancarai narasumber, bagaimana menulis judul, paragraf, dlsb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun