Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebiasaan Buruk itu Bernama "Ngarep"

23 Agustus 2020   10:21 Diperbarui: 23 Agustus 2020   10:17 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ngarep (Sumber: m.kwikku.com)

Daripada ujung-ujungnya kita merasa kecewa, lebih baik tidak pernah berharap sama sekali. Rasa ngarep lah yang selama ini membuat kita merasa menderita. Karena rasa kecewa tidak akan menampakkan dirinya apabila kita tidak terlalu banyak berharap.

Ada sebuah kebiasaan yang mau tidak mau harus kita hentikan, karena bilamana tidak, bukan saja akan menimbulkan rasa kecewa, akan tetapi bisa jadi pemicu kenapa selama ini kita kerap menemui kegagalan dalam meraih sesuatu.

Mungkin kebiasaan ini sudah anda sadari, dan tidak baik bila terus menerus dipelihara dalam diri, akan tetapi kita kerap kali kesulitan dalam mengontrolnya, kita lebih senang melakukannya dengan mengimajinasikan realita yang indah, membayangkan segala sesuatunya berjalan mulus sesuai dengan keinginan dan rencana, namun pada akhirnya realita berkata sebaliknya, apa yang kita imajinasikan dan bayangkan itu tidak lebih sekedar hiburan dikala waktu luang, dan semuanya tidak pernah benar-benar menjadi kenyataan.

Kebiasaan buruk itu bernama "ngarep". Sebuah kebiasaan membayangkan atau mengimajinasikan suatu realitas ideal jauh di depan, dan belum tentu terjadi, namun kita sudah merasa yakin dan percaya diri apa yang dibayangkan itu akan benar-benar terjadi. Akan benar-benar menjadi kenyataan dan kita alami.

Ngarep juga sama dengan mengkhayal, mengharapkan sesuatu yang belum tentu terjadi, namun kita sudah begitu yakin sesuatu itu akan benar-benar terjadi, akan berhasil diraih dan menjadi milik kita.

Sebuah kebiasaan yang amat berbahaya, karena jika sudah kecanduan, kita tidak bisa lagi membedakan mana itu khayalan dan mana kenyataan, kita lebih senang bersikap ngarep, karena itu jauh lebih mudah, menyenangkan dan gratis untuk dilakukan, ketimbang sadar sepenuhnya bahwa apa yang kita bayangkan belum tentu akan terjadi, atau sebaliknya apa yang kita inginkan, rencanakan dan bayangkan itu tidak menjadi kenyataan sama sekali.

Kita harus belajar menerima realita apa adanya dengan tidak banyak ngarep, kita lebih baik cuek dengan hasil, dan fokus dengan apa yang kita bisa lakukan sebaik mungkin. Karena ngarep adalah akar dari rasa kecewa, ngarep adalah penyebab kenapa kita selalu gagal selama ini, ngarep adalah penyebab kenapa kita selalu merasa kerdil tidak berdaya ketika tidak mampu mencapai keinginan-keinginan kita.

Coba kita sadari dan evaluasi lagi, apa saja kebiasaan ngarep yang seringkali tanpa sadar kita lakukan? 

Mungkin anda pernah ngarep kalau rasa suka dan perasaan cinta anda akan langsung dibalas di detik pertama anda melihat pujaan hati anda, anda mungkin pernah merasa ngarep kalau lamaran pekerjaan yang anda ajukan akan langsung diterima dan anda bisa langsung bekerja. 

Anda mungkin pernah merasa ngarep kalau anda berbuat baik maka otomatis orang sekeliling anda akan bersikap baik pula pada anda, anda mungkin pernah merasa ngarep kalau sudah dekat dengan atasan, gaji anda akan segera dinaikkan oleh atasan anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun