Dahulu kala ketika masa dimana saya di mabuk asmara, saya kerap melakukan aksi-aksi spesial kepada seorang wanita yang saya sukai.
Aksi spesial tersebut meliputi, pujian, perhatian, sanjungan, pemberian hadiah, pengorbanan waktu dan segenap aksi lain yang jauh lebih menyedihkan daripada itu.
Bagaimana tidak, pengaruh biokimia cinta itu benar-benar menutup pikiran saya sehingga, saya rela melakukan apapun demi sang wanita agar ia tetap bersedia bersama saya dan tidak berpaling kepada pria lain.
Saya mengikuti apa yang di ajarkan oleh lingkungan, bahwa seorang pria harus bersikap lembut, baik, perhatian, pengertian dan bisa memanjakan seorang wanita.
Sebagai seorang pria kita di tuntut untuk selalu mengalah, lalu menempatkan diri sebagai pihak yang tidak lagi dominan dan memilih selalu "main aman" demi membuat sang wanita selalu bahagia.
Kisah diatas tentu saja bukan sekedar curhatan belaka, bukan hanya sekedar dongeng. Akan tetapi kisah diatas merupakan gambaran suatu aksi yang terlanjur diyakini sebagai sebuah sikap seorang "gentleman".
Ya, gentleman kerap di definisikan sebagai seorang pria yang lembut, baik, pengertian yang selalu siap sedia memberikan pelayanan spesial kepada seorang wanita.Â
Akhirnya di zaman modern ini, banyak pria berlomba-lomba untuk menjadi seorang gentleman dengan cara-cara demikian.Â
Banyak pria mengobral kebaikan, ketulusan, kesetiaan dan memberikan pengorbanan yang tidak main-main demi sang wanita.
Namun pertanyaannya, apakah benar sosok gentleman identik dengan sikap-sikap dan aksi-aksi demikian?
Lantas, apa pengertian gentleman yang sebenarnya?Â