Sabar yg ideal di topang oleh tiga pilar. Yakni : Menahan, Mengekspresikan, dan Melepaskan.Â
Tiga pilar itu mengakibatkan suatu keseimbangan. Dimana semua nya di perlukan untuk saling menyempurnakan. Dalam sabar kita perlu untuk menahan, kita juga perlu mengekspresikan, dan terakhir kita juga perlu melepaskan.
Bila kita sudah merasa cukup hanya dengan Menahan, dan sudah mampu menerima suatu kejadian yg tidak enak dengan ikhlas. Artinya kita tidak harus sampai mengekspresikan, dan tidak ada pula suatu emosi yg perlu di lepaskan.
Namun bila kita merasa bahwa menahan saja tidak cukup, berarti sudah waktu nya kita mengekspresikan dan menumpahkan semua kekesalan itu sampai habis, hingga semua energi negatif yg terkumpul dalam dada keluar, sampai kita benar-benar merasa lega. Sampailah pada proses terakhir yaitu melepaskan, jangan sampai masih ada benih-benih negatif yg tersisa dalam dada ini, semua perasaan-perasaan seperti dendam, benci, marah, kecewa, harus benar-benar terdetoksi dengan sempurna.Â
Kita bisa belajar proses ini pada seorang bayi dan anak kecil, perhatikan saja bila mereka sedang bertikai dengan teman-teman sebayanya, dengan lucu nya, mereka mampu mengekspresikan kekesalannya dengan marah-marah, ngomel-ngomel, teriak-teriak tapi tidak lama kemudian setelah semua kekesalan dan emosi nya mereka tumpahkan, mereka berdamai dan kembali bermain mobil-mobilan.Â
Ketika mereka sedang sedih atau kecewa misalnya, mereka juga tidak segan-segan untuk mengekspresikan perasaan nya dengan cara menangis dengan begitu lepas, hingga suara tangisnya terdengar oleh tetangga sebelah. Namun setelah tangisan nya reda tidak lama kemudian mereka bermain dengan ceria lagi.
Jadi pada hakikatnya setiap emosi yg di ciptakan oleh Tuhan itu benar-benar bermanfaat bilamana dengan bijak kita mampu menggunakan nya. Marah itu sehat tapi bilamana berlebihan bisa jadi bumerang bagi kehidupan sosial kita, menangis juga sehat tapi tidak baik pula jika kita terlalu berlebih-lebihan, karena ada saatnya kita juga perlu tegar tanpa air mata.
Manusia itu makhluk yg sempurna, karena semua rasa-rasa itu ada dalam diri manusia. Orang Jawa menyebut nya Manungsa yg berarti singkatan dari Manunggaling rasa yg artinya bersatunya semua rasa-rasa.Â
Akhirnya lengkap lah sudah esensi dari sabar yg sebenarnya, dengan ketiga pilar itu tentu kita bisa dengan bijak menentukan kapan kita harus Menahan, kapan kita harus Mengekspresikan dan kapan kita harus Melepaskan. Maka sudah bisa di pastikan sabar kita akan menjadi lebih ideal, dan menyehatkan.Â