Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia Hanya Kalah Strategi Bukan Permainan!

10 Desember 2019   23:19 Diperbarui: 10 Desember 2019   23:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.tribunnews.com

Lagi-lagi Garuda Muda harus tersungkur lemah akibat kekalahan mereka dari Vietnam di laga final Sea games 2019 dengan skor telak 3-0. Kejadian ini tentu menjadi sebuah pukulan keras bagi kita semua yg sudah berharap-harap cemas akan peluang yg sudah ada di depan mata untuk menjadi juara, namun nasib berkata sebaliknya.

Pertahanan Vietnam yg kokoh bak tembok China, ternyata belum juga mampu di bobol oleh meriam-meriam Garuda. Indonesia terpaksa hanya mengandalkan kedua sayap nya untuk melakukan serangan demi serangan namun dengan mudah Vietnam mematahkan setiap serangan itu dengan sempurna.

Secara statistik permainan dan penguasaan bola sebenarnya Indonesia cukup unggul dari Vietnam, sejak awal pertandingan di mulai hingga berakhir nya laga itu, Indonesia sudah cukup rajin melakukan serangan-serangan. Namun sayangnya, tidak ada satupun peluang gol yg benar-benar bisa di manfaatkan untuk merobek gawang Vietnam dengan leluasa. Masuk nya Egy Maulana Vikri di babak kedua pun ternyata tidak terlalu banyak memberikan efektivitas dan intensitas serangan.

Disinilah mulai terlihat titik kelemahan Strategi dari timnas Indonesia. Mereka terlalu mengandalkan kedua sisi sayap dalam membangun setiap serangan, di tambah lagi Evan Dimas yg sudah mengalami cedera dari awal pertandingan semakin memperparah ketajaman serangan Indonesia di lini tengah. Hal itulah yg kemudian di baca baik oleh timnas Vietnam, mereka mengerti betul bahwa satu-satunya tulang punggung timnas Indonesia yg paling mematikan adalah di kedua sisi sayap yaitu Sadil Ramdani dan Sani Rizki Fauzi. 

Seperti yg telah di kutip di laman : https://www.kompas.com Pelatih timnas Vietnam sejak awal sudah mengatakan hal itu dalam konfrensi pers nya bahwa Indonesia akan kesulitan mencetak gol bila kedua sisi sayap nya tidak di beri ruang gerak.

"Indonesia sudah menciptakan 17 gol (selama fase grup), sama seperti kami. 70-80 persen gol Indonesia datang dari sisi sayap kiri dan kanan. Itulah yang akan menjadi persiapan kami," kata Park Hang-seo dalam konferensi pers sebelum final, Senin (9/12/2019).

Dari situlah kemudian muncul strategi cerdik dari timnas Vietnam untuk membungkam Timnas Indonesia hingga kedua sisi sayap nya tak mampu untuk berkutik, hingga setiap pergerakan Sadil Ramdani dan Sani Rizki Fauzi benar-benar lumpuh total di tutup rapat habis tanpa di beri celah sedikitpun. Akhirnya Skor tetap saja 1-0 hingga peluit babak pertama di bunyikan. 

Ketika babak kedua di mulai, akhir nya Coach Indra Sjafri berupaya menambah daya gedor serangan dengan cara memasukan Egy Maulana Vikri sebagai petarung sayap baru untuk menggantikan posisi Sani Rizki Fauzi disisi kanan, namun tetap saja sama seperti di babak pertama, strategi itu hampir tidak mengubah permainan dan variasi serangan Indonesia di babak kedua, lagi-lagi Vietnam dengan mudah membaca dan mematahkan semua serangan-serangan yg di bangun Sadil Ramdani dan kawan-kawan.

Sampai disini kita jadi mengetahui penyebab yg menjadi kekalahan Indonesia untuk yg kedua kali nya oleh Vietnam. Bukan karena kalah permainan, ataupun penguasaan bola, bukan juga kalah mental ataupun motivasi, Indonesia hanya kalah Strategi !. Jika saja Indra Sjafri mau berkaca pada hasil pertandingan nya di babak pertama, mungkin babak kedua bisa saja Indonesia mampu membalas ketertinggalan dan mampu menjebol pertahanan Vietnam dengan leluasa, namun sayangnya ia masih saja tetap ngotot dengan strategi kedua sayap nya yg jelas-jelas sudah lumpuh total dan mudah terbaca oleh pertahanan Vietnam.

Kalau saja Indonesia bisa sedikit cerdik melakukan berbagai variasi serangan dari berbagai lini dan tidak hanya mengandalkan kedua sisi sayap nya saja, mungkin nasib akan berkata lain dan peluang gol akan tercipta dengan lebih banyak ketimbang di babak pertama. Seharusnya lini tengah menjadi prioritas utama di babak kedua karena sudah di tinggal Evan Dimas lebih dulu sejak awal pertandingan, ketimbang harus terus memaksakan serangan melalui kedua sisi sayap yg tidak terlalu efektif pergerakan nya.

Timnas Vietnam mungkin lebih paham strategi Tsunzu di bandingkan Timnas Indonesia, mereka memakai strategi yg tepat untuk melumpuhkan sayap Garuda dengan apik dan rapi. Mereka paham dan mengenali betul dimana kekuatan serangan Indonesia. Mereka pun paham seberapa besar kekuatan pertahanan mereka dan bagaimana cara meredam kekuatan serangan sayap Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun