Mohon tunggu...
Rey Laotong
Rey Laotong Mohon Tunggu... Mahasiswa - A writer who likes to see the world through imagination and different perspective.

Biarkan setiap tulisan itu bersuara dengan nada nada yang tidak pernah kita dengarkan, membantu membangun imajinasi menjadi sebuah realitas yang dapat mengubahkan kita dan seisi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Remah-remah Kekecewaan

21 Juni 2023   00:50 Diperbarui: 21 Juni 2023   01:09 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sial !!!!!

Setelah hampir setahun jari jemari ini tidak pernah aku gunakan lagi untuk mengetik tentang hal-hal abstrak di dalam benak ku, hari ini aku coba kembali merangkai kata yang tepat untuk sekedar menggambarkan apa yang telah ku lewati sehingga mampu menahan lentikan jari ku di atas keyboard laptop yang selalu menjadi sasaranku untuk bertutur kata. Banyak hal yang  sudah terjadi mulai dari aku yang bertambah usia tepat beberapa bulan yang lalu, dan kabar-kabar lain yang membuatku terdiam untuk beberapa saat. Akhirnya aku sadar bahwa setiap langkah yang ku ayunkan menghantarkan diriku pada titik introspeksi diri yang lebih dalam.

Aneh memang tetapi sebagai seorang mahasiswa yang sedang mencoba untuk menyelesaikan tugas akhirnya, sering aku menemukan diriku beberapa waktu belakangan lebih banyak berdialog dengan batinku sendiri tidak hanya sekedar bercakap tapi kadang kala kami berdua sering sekali bertukar pikiran, memutuskan hal-hal yang kadang untuk ku sendiri ini tidak bisa hanya diputuskan dengan ego semata. Batinku perlahan menjadi teman terbaik saat pikiran dipenuhi tanda tanya yang sering sekali dihantam oleh tanda seruh berkali-kali.

Beberapa orang sekarang menganggap aku lebih dewasa, lebih luwes dalam menyikapi beberapa hal sehingga dijadikanlah aku sebagai tempat meminta nasehat, SIAL!!!! rasanya seperti orang yang dipenuhi kebijaksanaan saja wkwk. Kali ini diumur yang sudah semakin hari dihantui oleh rasa ingin membahagiakan orang tua, aku di tempeleng berkali-kali oleh keadaan fatamorgana yang sering aku temui di antara pemuda seusiaku yaitu pasangan. Kali ini batin dan semua yang ada di dalam diriku kalah akan sosok yang selalu ingin ku punyai, sudah 6 tahun rasanya hidup menyendiri tapi sendiri juga tidak kalah menyenangkan bahkan  kadang aku merasa bahwa kesendirian bukanlah pelarian semata melainkan proses merefleksikan diri agar menjadi lebih baik.

Tapi ketika sadar ternyata 6 tahun sudah hidup sebatang kara tanpa ditemani seseorang yang kadang raga dan jiwa suka untuk sesekali di repotkan, sesekali di bebani. Aku sudah memutuskan untuk mencari tapi ternyata perjalananku menghasilkan sebuah kesiasiaan dan kekecewaan, seraya berkata lelah kadang aku dicemooh oleh diriku sendiri. Bisakah kali ini aku dipertemukan dengan eksistensi yang ternyata ia juga menginginkan diriku hadir dalam bayang bayangnya? sepersekian detik sering terlintas haruskah aku menunggu untuk beberapa saat atau harus mengakhiri perjalanan yang melelahkan dan mengecewakan ini.? Keegoisan menjadi dasar untuk aku selalu melangkah dengan dalil ini harus dilakukan agar diri dapat dipantaskan.

Aku dan kebingungan ini menjadi sebuah proyeksi betapa menyediri itu sama saja dengan bangun dari koma yang sudah tidak terhitung detik yang terbuang sia-sia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun