Mohon tunggu...
Rey Laotong
Rey Laotong Mohon Tunggu... Mahasiswa - A writer who likes to see the world through imagination and different perspective.

Biarkan setiap tulisan itu bersuara dengan nada nada yang tidak pernah kita dengarkan, membantu membangun imajinasi menjadi sebuah realitas yang dapat mengubahkan kita dan seisi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Homo Deus

25 November 2021   10:45 Diperbarui: 25 November 2021   10:47 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada bagian ke II dari sub-bab yang ada dalam buku ini yang berjudul "Homo Sapiens Gives Meaning to the World". Adalah sbeuah judul yang mempunyai kontra dan pro nya sendiri, bukan dengan kontradiksi pada pengeritia umunya dan pro pada pengertian umunya juga, tidak. 

Yoval Harari sangat lah pandai dalam menjelaskan serta menggunakan paham yang dirangkai menajadi sebuah kalimat yang tidak menggambarakn ke-absurd an dari tulisannya melainkan, membawa kita menerjang awan - awan pemikiran untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang ia coba untuk artikan dan terjemahkan kepada khlayak bayak. 

Bagan buku ini sangatlah untuk dikarenakan saat kita berpindah dari bagian 'Penaklukan' manusia mulai mencoba menanamkan sejarah baru dari sisi kebaikan semu yang sedang di pertontonkan kepada dunia dan seisinya 'Makna' yang coba disampaikan dengan tingkah laku yang penuh dengan tanda tanya serta timbal balik ini pun menjadi ciri khas dalam proses pemberian 'Makna' kepada dunia dan seisinya.

Perubahan, dan perjanjian antara satu makhluk dengan lainnya menjadi sebuah hal yang sudah sepantas nya terjadi. Jejak perubahan yang diberikan dan dihadirkan oleh umat manusia menjadi 'Tanda Kaki' bagi dunia ini menjadi sbeuah paham eksistensi baru yang membukakan cara manusia berfikir dan bertahan hidup untuk dirinya sendiri atau kelompok yang sedang dia pimpin. Ini menjadi menarik karena pada bagian buku ini Yoval menulis mengenai "The Humanist Revolution" yang membuat saya berfikir lebih dalam dan merenungkan setiap kata perkata untuk dapat menangkap gambaran besar dan perubahan tersebut, apa baiknya? dan apa manfaatnya? apakah ini sejalan dengan apa yang sebenarnya kita ditentukan untuk menjalani hidup!?

Homo Sapiens Loses Control seekor hewan  yang terkejut atas seberapa jauh mereka dapat merangkak, dan memutuskan untuk berjalan,menginginkan sebuah kecepatan hingga belajar untuk berlari kepada tujuan yang telah mereka tentukan demi kepuasan individu serta bersama. 

Dalam bagian terakhir dari buku "Homo Deus" dapat saya simpulkan merupakan bagian yang akan setidaknya membuat kita merasa sakit dan bingung akan apa jati diri kita sebenarnya. apakah menjadi bagian dari 'tuhan' yang diciptakan itu baik adanya? atau tanpa kita sadari telah menjelma menjadi sebuah bom waktu yang hanya akan mendatangkan bencana kepada sesama kita atau bahkan terhadap seantero bumi!?. sebuah kalimat dan pernyataan yang argumentatif oleh Yuval Noah Harari :

This may sound like science fictions, but it's already a reality. Monkeys have recently learned to control bionic hands and feet disconnected from their bodies, through electrodes implanted in their brains. Paralysed patients are able to move bionic limbs or operate computers by the power of thought alone. If you wish you can already remote-control electric devices in your house using an electric 'mind-reading' helmet. The helmet inquires no brain implants. It functions by reading the electric signal passing through your scalp. If you want to turn on the light in the kitchen, you just wear the helmet, imagine some preprogrammed mental sign (e.g. imagine your right hand moving), and the switch turns on. You can buy such helmets online for a mere $400.

Yoval Noah Harari adalah seekora heawan yang sedang mencari jati dirinya, memetahkan kembali coretan - coretan garis dan huruf yang mungkin dapat menuntun dia kepada sebuah pencerahan dan jabawan akan tujuan dan arti dari menjadi seekor hewan yang berubah menjadi tuhan - tuhan ciptaan kaum nya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun