Mohon tunggu...
Rey Laotong
Rey Laotong Mohon Tunggu... Mahasiswa - A writer who likes to see the world through imagination and different perspective.

Biarkan setiap tulisan itu bersuara dengan nada nada yang tidak pernah kita dengarkan, membantu membangun imajinasi menjadi sebuah realitas yang dapat mengubahkan kita dan seisi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Homo Deus

25 November 2021   10:45 Diperbarui: 25 November 2021   10:47 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Yoval Noah Harari merupakan seorang penulis buku yang dapat dikatakan mempunyai pemikiran yang luas, mampu berfikir out of the box yang dimana tidak mengherankan kalau Yoval Noah Harari menjadi salah satu penulis buku terlaris New York Times dengan salah satu karya nya yaitu buku SAPIENS yang kemudian mendapatkan atensi dari dunia Internasional.

Dimana salah satu karya dari Yoval Harari tersebut menceritakan tentang bagaimana seekor hewan dapat menjelma menjadi manusia setengah dewa, meciptakan tuhan - tuhan nya sendiri dengan berdasarkan aturan yang dihadirkan berdasarkan keserakahan dan keinginan yang tak kunjung terpenuhi.

Saat ini Yoval Noah Harari kembali menulis sebuah buku yang berjudul "Homo Deus" masih membahas tentang evolusi seekor hewan yang menjelma menjadi tuhan untuk menentukan keberlangsungan kaumnya sendiri. 

Buku ini sangat identik dengan gaya penulisan dari Yoval Noah Harari buku yang sangat menarik ini dituliskan dengan data, fakta, serta opini yang menjelma menjadi sebuah dasar kebenaran. Asli, menarik, dan provokatif adalah ciri dari buku ini sendiri bukan Yoval Harari namanya kalau tidak menciptakan sebuah buku yang akan membolak -  balikkan pemikiran kita, cara pandang, dan pengetahuan yang kita punyai.

Manusia telah berhasil melakukan suatu keajaiban yang hanya dapat dilakukan oleh 'TUHAN' mereka berhasil menghentikan kelaparan, kepunahan akan kaum mereka, dan sekarang mencoba untuk memastikan keberlangsungan kehidupan itu sendiri perang, wabah, kelaparan dapat diciptakan serta dihentikan oleh seekor hewan yang telah berevolusi menjadi 'tuhan' akan dirinya dan sesamanya. Dalam bab pertama dari buku Homo Deus Harari menuliskan sebuah ulasan yang luas mengalahkan dalamnya samudera dan luasnya cakrawala "The New Human Agenda". 

Bab pertama dalam buku dengan jelas mengatakan sebuah pernyataan akan misi baru dari umat manusia akan seperti apa dan bagaimana keberlangsungan umat manusia itu sendiri, dalam bab pertama juga Yuval memberikan sebuah perbandingan akan apa yang membedakan Manuisa dan Binatang lainnya dia menjelaskan dengan rinci dan gamblang bahwa manusia itu bukan hanya sekedar hewa yang berevolusi menjadi tuhan untuk kawanannya tetapi menjadi penentu kehidupan akan keberlangsungan ciptaan lainnya. Menjadikan kami bukan hanya bagian dari sejarah tetapi menjadi pencetus akan sebuah sejarah baru di dalam planet yang kita tinggali ini, keberdapan diciptakan dan terciptakan oleh tangan manusia untuk menjadi sebuah indikator kapan dan bagaiamana kita dapat mengendalikan keberlangsungan kehidupan itu sendiri.

Tidak heran ketika kita membaca buku karya Yoval Noah Harari sering kali menentukan sebuah pernyataan yang bersifat religi  atau sosial, dan pemikiran - pemikiran para ilmuwan tetang bagaiman kita harus bertindak akan dunia. judul dari daftar isi dalam buku Homo Deus tidaklah hanya sebuah karangan semata untuk menjadi pemanis agar dapat dipandang menarik dan menarik minat pembaca semata, tidak. Part I dari buku "Homo Sapiens Counquers the World" adalah tulisan yang berdasarkan fakta dan opini yang didukung data dan pemikiran oleh para tokoh terkemuka tentang bagaimana seekor hewa dapat menjelajahi dan menaklukan suatu planet hingga bertekuk lutut dihadapannya. Bagaiman seekor hewan dapat 'memperbudak' seantero ekosistem hanya berdasarkan insting hewani nya untuk bertahan hidup dan memastikan keberlangsungan atas ras nya itu sendiri.

Saya tertarik untuk mengutip suatu pernyataan yang ada di buku ini : 

Acknowledging our past achievements sends a message of hope and responsibility, encouraging us to make even greater efforts in the future. Given our twentieth-century accomplishments, if people continue to suffer from famine, plague and war, we cannot blame it on nature or on God. It is within our power to make things better and to reduce the incidence of suffering even further.

Yet appreciating the magnitude of our achievements carries another messages: history does not tolerate a vacuum. If incidence of famine, plague and war are decreasing, something is bound to take their place on the human agenda. We had better think very carefully what it is going to be. Otherwise, we might gain complete victory in the old battlefields only to be caught completely unaware on entirely new fronts. What are the projects  that will replace famine, plague and war at the top of the human agenda in the twenty-first century?

Saya kemudian kembali bertanya - tanya apa yang sebenarnya sedang disampaiakn oleh Yuval tentang sebuah keberhasilan dan pengakuan akan sejarah masa lalu, dan ketidak adanya toleransi untuk manusia jika mereka 'diam' dan tidak menciptakan sebuah keadan baru dan menuliskan nama mereka akan peristiwa yang akan diingat oleh semua makhluk hidup akan apa dan siapa yang mengakibatkan peristiwa tersebut terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun