Mohon tunggu...
Reyhan Yozaf Aziza
Reyhan Yozaf Aziza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Aku merupakan seorang mahasiwa semester tiga yang menekuni di bidang industri kreatif seperti Produksi FIlm, Event, dan Konten Kreator.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan IPhone, Bukan Temanku

7 Januari 2024   11:07 Diperbarui: 7 Januari 2024   11:08 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era digital ini, kecenderungan masyarakat untuk merasa tertinggal atau Fear of Missing Out (FOMO) semakin meningkat, terutama dalam konteks perilisan produk – produk teknologi terkini. Salah satu contohnya adalah antusiasme yang meluas terkait dengan perilisan iPhone terbaru. Fenomena ini menimbulkan dampak psikologis dan perilaku konsumen yang signifikan.

Ponsel iPhone menjadi salah satu produk smartphone yang paling digemari karena banyak fitur – fitur yang canggih dan terkesan eksklusif serta berkesan. Tak hanya fiturnya saja, tetapi dari segi desain sendiri, iPhone selalu menawarkan desain yang Istimewa dan pilihan warna yang beragam.

Munculnya stigma masyarakat terhadap penggunaan iPhone lebih keren dibandingkan merek handphone lain juga menjadi salah satu penyebab fenomena FOMO terhadap iPhone. Banyak juga masyarakat yang beranggapan bahwa menggunakan iPhone terkesan memiliki banyak uang sekelas influencer dan menormalisasi orang lain untuk menggunakan iPhone.

Fenomena saat ini yang terjadi ialah banyak pergaulan anak muda yang menormalisasikan penggunaan handphone itu harus iPhone, yang menyebabkan mereka hanya berteman dengan individu yang memiliki iPhone saja. 

Secara umum juga disebabkan oleh perasaan kurangnya kepuasan diri, kebutuhan akan validasi sosial, dan ketakutan akan ketinggalan informasi atau pengalaman yang dianggap penting. Selain itu, media sosial dan budaya konsumtif juga turut memperkuat perasaan FOMO ini.

Beberapa orang memilih menggunakan iPhone karena alasan kecanggihan teknologi, kualitas dan keamanan aplikasi, ekosistem Apple, fitur dan teknologi yang inovatif, serta tampilan dan desain yang elegan. Namun, terdapat juga beberapa orang yang merespon penggunaan iPhone secara pasif, seperti kurang antusias dalam mengikuti pembaruan sistem operasi iOS.

Hal ini menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Individu yang terus-menerus merasa tertekan oleh FOMO cenderung mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Hal ini dapat mengganggu kualitas hidup dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Fomo menjadi tantangan psikologis yang nyata di era digital ini. Namun, dengan pemahaman yang baik dan strategi yang tepat, kita dapat belajar mengelola dan mengatasi rasa takut akan ketinggalan ini untuk mencapai kesehatan mental yang lebih baik, serta perlunya memunculkan kesadaran pada diri sendiri bahwa handphone yang bagus tidak hanya iPhone saja. Tak hanya itu, penggunaan handphone juga tidak selalu karena gengsi, tetapi dapat menghasilkan manfaat yang baik dalam kehidupan sehari – hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun