Mohon tunggu...
Reny A
Reny A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Agribisnis/Universitas Muhammadiyah Malang

Sujud itu indah. "Saat engkau berbisik ke bumi, maka suaramu akan terdengar di langit"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Millenial: Antara Youtuber atau Petani?

22 November 2021   00:05 Diperbarui: 22 November 2021   00:10 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Millenial adalah julukan yang disematkan pada kaum muda yang energik, produktif, canggih, inovatif dan idealis. Untuk membangun generasi millennial yang sehat produktif dan inovatif tersebut dibutuhkan kecukupan pangan dan gizinya. Sedangkan kebutuhan pangan dan gizi harus selalu tersedia setiap saat dan setiap waktu. Disinilah peran petani dalam mendukung penyediaan pangan di nusantara. Dalam hal ini kebutuhan pangan adalah mutlak untuk dipenuhi.

Disisi lain perkembangan digitalisasi mengajak kaum millennial mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi digital dalam semua aktifitasnya yaitu handphone. Mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, handphone selalu berada dekat dengannya dan tidak bisa jauh darinya. Handphone menjadi kebutuhan kedua setelah pangan, handphone dapat menyediakan tempat bagi kaum muda untuk berkomunikasi secara daring dan mengekspresikan bakat serta menyalurkan emosi mereka. Bahkan saat ini kaum muda sudah mampu menghasilkan uang hanya dengan menjadi seorang youtuber.

Saat millennial dihadapkan pada pertanyaan antara pilihan menjadi youtuber atau petani? Mereka lebih memilih menjadi youtuber. Kenapa? Apa yang menjadi alasan mereka lebih memilih menjadi youtuber dibandingkan menjadi petani? Yak, beberapa menjawab karena petani adalah pekerjaan yang terkesan kotor, tidak bergengsi, pendapatan kecil dan tidak menjamin masa depannya.

Disinyalir penyebab berpalingnya pemuda dari pertanian antara lain (1) Citra petani yang selama ini dipandang rendah, petani dianggap pekerjaan yang rendah, kotor dan kurang memerlukan keterampilan (2) Pertanian bukan pekerjaan yang menguntungkan dan tidak menjanjikan prospeknya di masa depan (3) Tidak ada jaminan kepemilikan tanah (konflik agraria) karena proses urbanisasi yang tinggi dan industrialisasi menjadikan lahan sebagai komoditas jual beli secara bebas di pasaran. Penegakan hukum dalam penguatan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) masih abu-abu (4) Akses infrastruktur pedesaan yang kurang menarik kaum muda tinggal di daerah pedesaan seperti kondisi jalan, listrik, pusat kesehatan, sekolah, universitas dan lain-lain (5) Akses finansial yang kurang untuk memadai usaha pertanian (6) kurangnya kurikulum pertanian, baik disekolah ataupun di universitas yang menyebabkan pemuda tidak terdorong untuk mengejar karir di pertanian.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menarik petani muda terjun ke pertanian mulai dari pengembangan mekanisasi pertanian dengan menggunakan alat dan mesin pertanian yang canggih, pengembangan inovasi teknologi pertanian perkotaan (urban farming) seperti vertikultur dan hidroponik,  penyelenggaraan program Agricultural Training Camp dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) hingga pencarian duta petani millenial. Namun, upaya meningkatkan minat pemuda terhadap pertanian belum menunjukkan hasil yang signifikan. Lalu bagaimana dengan Anda? Adakah peran Anda didalamnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun