Ketika melihat suasana belajar yang ada di Pondok Modern Darussalam Gontor, membuat pikiranku kembali terbang ketika mengenyam pendidikan yang ada di tempat tersebut, terutama ketika ujian akhir siswa kelas 6 KMI. Hal tersebut merupakan hal yang sangat terkesan dalam benakku, atau mungkin bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan di Gontor. Bagaimana tidak, ujian akademik yang ada di Gontor adalah ujian yang benar-benar ujian, ujian yang sangat menguras pikiran maupun tenaga, dan tentunya adalah ujian yang penuh dengan perjuangan. Kalau disuruh untuk mengulangi ujian akhir KMI tersebut, jujur saja saya katakan, "Saya tidak mau untuk mengulangi ujian tersebut, walaupun diberi imbalan apapun."
Ujian di Gontor adalah ujian yang sangat berbeda dari sekolah-sekolah pada umumnya, baik itu sistem maupun materi yang diujikan. Materi yang diujikan tidak hanya materi tertentu saja, melainkan semua materi yang pernah diajarkan di pondok tersebut. Kalau dihitung semuanya, materi yang diujikan lebih dari 30 materi, baik itu yang bersifat umum maupun agama.
Contohnya adalah materi sejarah, materi pelajaran ini diajarkan di Gontor dari kelas 1 KMI atau setara dengan kelas 1 SMP sampai kelas 6 KMI atau setara dengan kelas 3 SMA. Jadi, soal yang akan keluar nanti adalah pelajaran sejarah dari kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMA, dan setiap siswa harus menguasai pelajarn tersebut. Begitupun dengan meteri-meteri yang lain.
Untuk memudahkan dalam ujian akhir tersebut, Gontor membaginya dalam dua gelombang. Yaitu, gelombang pertama, yang dilaksanakan ketika santri-santri dari kelas 1-5 berlibur, dan gelombang kedua dilaksanakan ketika akhir tahun pelajaran, sebelum santi-santri lainnya memulai ujian. Jadi, pada saat sebagain besar santri-santri berlibur pertengahan tahun, pondok tidak mati, dan tetap hidup dengan adanya ujian akhir bagi siswa kelas 6 KMI. Al -ma'hadu laa yanaamu abadan. Pondok tidak pernah tidur untuk selamanya.
Selain materi pelajaran yang diujikan begitu banyak, soal yang diberikanpun bukan dalam bentuk multiple choice atau pilihan ganda. Tetapi soal yang diberikan dalam bentuk isian, dan ini berlaku baik dalam materi yang sifatnya umum maupun agama.
Di Gontor menyontek disa dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin yang sangat berat. Siapa yang berani menyontek, berarti dia harus siap-siap untuk angkat kaki dari Gontor, siapapun dia, apapun dia. Maka, mau tidak mau, semua siswa kelas 6 KMI harus maksimal dalam menghadapi ujian ini. Masing-masing siswa harus mempunyai starategi jitu untuk menghadapi perang yang sangat dahsyat ini. Ada yang jauh-jauh hari sudah menjilid buku-buku per materi agar mudah untuk belajar, ada yang membuat ringkasan, ada juga yang menghafal pelajaran sedikit demi sedikit, dan masih banyak cara belajar lainnya yang satu siswa dengan siswa lainnya berbeda. Kalau setiap orang tidak mempunya strategi yang jitu, bisa dipastikan orang tersebut tidak akan bisa menjawab pertanyaaan dalam ujian nanti.
Jika digabungkan semua, mulai dari ujian praktek mengajar, ujian lisan dan ujian tulis, maka ujian akhir bagi siswa kelas 6 KMI di Pondok Modern Darussalam Gontor bisa berlangsung kurang lebih satu bulan setengah, dan tidak ada dalam sejarah Gontor ada kejadian stress atau gila ketika menghadapi ujian tersebut. Bahkan sebaliknya, menjadikan siswa lebih kerja keras, kuat mental, dan tahan banting dalam setiap situasi dan kondisi apapun.
Dengan adanya ujian yang seperti ini, ijazah Gontor diakui dimana-mana, baik di dalam maupun di luar negeri. Walaupun ijazah Gontor tidak sesuai dengan Departemen Agama (DEPAG) maupun Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Tetapi alumninya tersebar diseluruh muka bumi ini. Bahkan ribuan alumniya mengenyam pendidikan di Universitas kenamaan di dalam maupun luar negeri.
Gontor juga melahirkan orang-orang berpengaruh di negeri ini. Mantan ketua organisasi besar islam di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah alumni Gontor, KH Hasyim Muzadi dan Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin, MA. Kabinet Kerja JOKOWI-JKpun tidak luput dari kiprah alumni Gontor, yaitu Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin dan Wakil Menteri Luar Negeri, AM Fachri. Bahkan admin Kompasianapun jebolan dari Pondok Modern Darussalam Gontor.
Semoga bangsa Indonesia bisa melaksanakan ujian akademik, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Gontor. Sehingga menjadiakan Indonesia ini, Indonesia yang lebih berwibawa, bermartabat, dan dihormati oleh bangsa lain, Selain itu juga membentuk karakter para penuntut ilmu yang berkualitas, bermental baja, dan tidak bermental penyontek. Semoga Alloh SWT senantiasa meridhoi. Amin Ya Alloh, Ya Robbal 'Alamiin.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H