Mereka adalah para Intelektual Muslim yang dijuluki sebagai Postmodernis Islam. Misalnya Nasr Hamid Abu Zayd, Hasan Hanafi, Mohamed Arkoun, dan seterusnya. Bahkan juga Ulil dan kawan-kawan di Indonesia. Mereka, secara substansial, pada dasarnya bukan meyakini Islam. Apalagi mengamalkan ajaran Islam. Tapi adalah mengancurkan Islam secara filosofis. Mereka sebenarnya adalah para Reseller Post Strukturalisme Prancis. Mereka sebenarnya para Sales Postmodernisme.
Yang begitu antusias menjajakannya di negara mereka sendiri. Yang mereka usung, bukan Islam. Tapi adalah pemikiran Barat Kontemporer. Isi pemikiran mereka, adalah perkawinan Hegel, Marx, Nietzsche, Derrida, Foucalt dan seterusnya dengan Alquran. Lalu hasil perkawinan itu mereka blender menjadi satu jargon: Islam Postmodernisme, Islam Kontemporer, Islam Liberal, Islam Progresif. Dan seterusnya dengan nafas yang sama.
Mereka, bagi saya, hanya para editor yang kreatif.
Para Plagiatus dengan casing intelektual.
Secara politis,
Mereka telah berjasa membangun citra Islam
Dari agama primitif, menjadi agama intelektual
Dari rasa minder dan anarkis atas kebudayaan Barat Modern
Menjadi percaya diri
Tapi secara intelektual
Bagi saya mereka adalah para pelacur akademis
Yang kerjanya, berdusta
Mereka menjual minyak babi dengan mencantumkan merk onta
Menyodorkan Barat dengan katebelece ayat-ayat Alquran
Sekian
Revo Samantha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H