Mohon tunggu...
Revo Samantha
Revo Samantha Mohon Tunggu... -

Revolusi tiada henti www.pintargoblok.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebab Kebenaran itu Tidak Ada

20 Januari 2015   07:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada mulanya,
Hanya ada Alam Semesta bisu ketika belum ada makhluk hidup
Lalu satu persatu makhluk hidup, muncul. Termasuk manusia
Muncul karena sistem alamiah Semesta itu sendiri
Kemudian mahkluk yang bernama manusia, berpikir
Mereka menghayal, mereka berbicara
Mereka menulis buku
Mereka memberi ceramah, berkotbah, dikusi dan berdebat
Maka sejak saat itulah apa yang disebut Kebenaran itu lahir
Dengan kata lain, Kebenaran, adalah sesuatu yang ditambahkan kemudian oleh manusia. Hasil budidaya berpikir mereka sendiri. Sedang Kebenaran pada dirinya sendiri, tidak ada. Adanya, hanya dalam angan-angan manusia. Karena manusia, mengimpikan sebuah dunia yang definitif. Dunia ideal seperti yang mereka impikan.

Begitulah nasib Kebenaran
Begitu juga dengan segala turunannya seperti:
Keadilan, Ketertiban dan Kedaimaian abadi tanpa cacat
Itulah narasi besar
Kosa kata yang merupakan abstraksi dari hasrat ideal manusia akan segala sesuatu

Maka barang siapa dalam dirinya masih digulung semua itu
Mereka tidak akan pernah tenang dan menemukan diri
Yang mereka rasakan, hanya sebuah keterasingan berkepanjangan
Sebuah alianasi psikologis yang tak berkesudahan
Menjadi orang asing dalam diri sendiri
Menjadi tamu di muka bumi
Kesadaran diri, melulu dalam situasi gawat darurat
Dalam kesementaraan tiada ujung
Dalam keterlunta-luntaan metafisik yang tak kunjung usai

Revo Samantha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun