Pada mulanya,
Hanya ada Alam Semesta bisu ketika belum ada makhluk hidup
Lalu satu persatu makhluk hidup, muncul. Termasuk manusia
Muncul karena sistem alamiah Semesta itu sendiri
Kemudian mahkluk yang bernama manusia, berpikir
Mereka menghayal, mereka berbicara
Mereka menulis buku
Mereka memberi ceramah, berkotbah, dikusi dan berdebat
Maka sejak saat itulah apa yang disebut Kebenaran itu lahir
Dengan kata lain, Kebenaran, adalah sesuatu yang ditambahkan kemudian oleh manusia. Hasil budidaya berpikir mereka sendiri. Sedang Kebenaran pada dirinya sendiri, tidak ada. Adanya, hanya dalam angan-angan manusia. Karena manusia, mengimpikan sebuah dunia yang definitif. Dunia ideal seperti yang mereka impikan.
Begitulah nasib Kebenaran
Begitu juga dengan segala turunannya seperti:
Keadilan, Ketertiban dan Kedaimaian abadi tanpa cacat
Itulah narasi besar
Kosa kata yang merupakan abstraksi dari hasrat ideal manusia akan segala sesuatu
Maka barang siapa dalam dirinya masih digulung semua itu
Mereka tidak akan pernah tenang dan menemukan diri
Yang mereka rasakan, hanya sebuah keterasingan berkepanjangan
Sebuah alianasi psikologis yang tak berkesudahan
Menjadi orang asing dalam diri sendiri
Menjadi tamu di muka bumi
Kesadaran diri, melulu dalam situasi gawat darurat
Dalam kesementaraan tiada ujung
Dalam keterlunta-luntaan metafisik yang tak kunjung usai
Revo Samantha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H