Mohon tunggu...
Revita Salsabila
Revita Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Sunda: Mengapa Penting untuk Dilestarikan

7 Maret 2024   22:30 Diperbarui: 7 Maret 2024   22:35 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebudayaan Sunda merupakan budaya yang berkembang dan menetap dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda memiliki berbagai nilai yang dipatuhi atau dijungjung oleh masyarakat Sunda. Hal tersebut dilakukan dengan cara meneruskan dari generasi ke generasi yang bertujuan untuk menghidupkan atau melestarikan budaya tersebut. Budaya Sunda memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kebudayaan lain. Masyakarat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang lemah lembut, memiliki sikap spiritual yang tinggi, dan menjunjung tinggi sopan santun. Selain itu, kepribadian masyarakat Sunda juga dikenal sebagai masyarakat yang ramah, murah senyum, periang, dan hormat kepada orang tua (Veronika, 2023). Hal tersebut sesuai dengan konsep silih asah, silih asih, dan silih asuh serta kearifan lokal di daerah masing-masing. Salah satu contoh daerah yang masih mempertahankan kebudayaan Sunda yaitu Kasepuhan Ciptagelar.

Kasepuhan Ciptagelar berada di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kata Kasepuhan berasal dari kata sepuh yang berarti tua, juga memiliki arti tempat tinggal bagi para sesepuh. Komunitas Kasepuhan Ciptagelar dipimpin oleh "Abah" yang bertugas untuk mengelola struktur kelembagaan adat berdasarkan garis keturunan. Masyarakat Ciptagelar mengutamakan pada budaya bercocok tanam (Muharam dkk., 2023). Istilah dari leluhur suku Bumi Ciptagelar "Setiap mau hidup, dia pasti mau menanam". Masyarakat di sana hanya menanam padi yang dititipkan dari leluhurnya, tidak menggunakan padi impor dari luar. Terdapat 120 variasi padi yang ada di Ciptagelar. 

Lalu, untuk proses menanam padi masih dilakukan secara manual/tradisional dilarang memakai traktor, penggilangan padi, dan alat-alat canggih lainnya. Masyakarat Ciptagelar kurang lebih berjumlah 29 ribu penduduk, namun panen padi hanya 1 tahun sekali tetapi cadangan berasnya bisa untuk 3 tahun. Hal tersebut disebabkan karena pengelolaannya sangat baik sehingga meskipun tidak membeli beras dari luar akan tetapi masyarkat di sana tidak pernah kekurangan beras. Selain itu, masyarakat Ciptagelar juga tidak menjual padi/beras ke pihak luar. Sebab  masyarakat suku bumi Ciptagelar, apabila menjual padi/beras diibaratkan menjual nyawa (WatchdocImage, 2015).

Berdasarkan pada kondisi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, dapat disimpulkan bahwasannya kearifan lokal sangatlah penting untuk mempertahankan kelestarian budaya. Kearifan lokal merupakan pedoman masyarakat dalam menjalankan hidupnya yang mencakup pada pemikiran, kesadaran, aktivitas, kepercayan yang tangguh dan diimplementasikan oleh masyarakat. Adapun ciri utama kearifan lokal tidak hanya terkait dengan nilai-nilai keaslian, tetapi juga pada aspek lokalitas tertentu baik yang didukung sistem pengetahuan yang bersifat asli maupun yang telah diadaptasi dengan nilai-nilai luar. Maka, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan suatu budaya khas yang digunakan sebagai bentuk identitas masyarakat tertentu untuk mencerminkan nilai adat, norma, dan aturan untuk dijadikan sebagai pedoman hidup yang akan senantiasa dijaga dan dilestarikan bersama.

Sebagai masyarakat Sunda, sudah seharusnya kita ikut melestarikan dan mengimplementasikan kebudayaan Sunda dalam kehidupan sehari-hari diberbagai lingkungan terdekat, baik itu di lingkungan sekolah, kelas, keluarga, dan masyarakat. Berikut ini kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan Sunda:

Lingkungan Sekolah

  • Membiasakan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
  • Memperkenalkan dan mempelajari bahasa Sunda melalui mata pelajaran khusus dan ekstrakurikuler.
  • Mengenalkan dan memahamkan peserta didik tentang nilai-nilai budaya Sunda, seperti gotong royong, kekeluargaan, dan kesederhanaan melalui kegiatan bercerita, permainan, atau kegiatan sosial.

Lingkungan Kelas

  • Melakukan komunikasi dengan memakai bahasa Sunda yang sesuai dengan undak usuk basa Sunda.
  • Mengintegrasikan aspek budaya Sunda ke dalam materi pembelajaran tematik, seperti sejarah, sastra, seni tradisional, dan kearifan lokal Sunda.
  • Melaksanakan proses pembelajaran dengan berkelompok untuk memahamkan mengenai nilai gotong royong dan kekeluargaan.

Lingkungan Keluarga

  • Melaksanakan liburan dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan berbudaya Sunda, seperti museum, desa wisata, atau rumah adat.
  • Mendukung anggota keluarga untuk mempelajari dan mengembangkan seni dan budaya Sunda, seperti mempelajari alat musik atau tari tradisional.
  • Menceritakan cerita rakyat Sunda kepada anak-anak sebagai bagian dari hiburan dan pembelajaran tentang budaya Sunda.

Lingkungan Masyarakat

  • Bergabung dalam komunitas atau kelompok masyarakat yang peduli terhadap budaya Sunda.
  • Mengadakan festival budaya yang menampilkan berbagai aspek kebudayaan, seperti kuliner, kerajinan tangan, untuk kesenian.
  • Mengembangkan pariwisata budaya Sunda dengan mempromosikan tempat-tempat bersejarah, seni dan kerajinan tradisional, serta acara-acara budaya Sunda.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun