Pembahasan mengenai utang negara selalu menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Berbagai kalangan turut menuangkan opini masing-masing mengenai utang tersebut. Tidak jarang terdapat segelintir orang yang terus menyalahkan pemerintah akibat terlilit terlalu banyak utang. Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah sampai akhir Juni 2021 sebesar Rp 6.554,56 triliun. Sekilas jumlah tersebut terlihat sangat besar di pandangan masyarakat awam. Namun faktanya, total utang terebut hanyalah 41,35 persen dari rasio utang pemerintah terhadap PDB.Â
Pembahasan mengenai utang semakin riuh saat populernya istilah Chinese Money Trap. Maret lalu, youtuber Nas Daily membahas tentang isu mengenai Chinese Money Trap ini. Yaitu strategi China dalam memberikan utang kepada negara lain dengan bunga tertentu. Dengan kata lain, China berperan sebagai pemberi modal pembangunan di negara tersebut. Namun jika negara tersebut tidak dapat melunasi utangnya, China akan mengadakan diplomasi. Salah satu hasil diplomasi yang dilakukan di negara Zimbabwe adalah mengubah mata uang Zimbabwe menjadi Yen sebagai pelunasan utang. Pada negara Srilanka, China mendirikan asetnya di negara tersebut.
Kementrian Keuangan Indonesia telah mengonfirmasi bahwa Indonesia dipastikan tidak akan terkena dampak dari Chinese Money Trap tersebut. Sejauh ini pinjaman ke negara lain dilakukan dengan sangat hati-hati. Walau utang Indonesia terhadap China mencapai  sekitar Rp22 triliun atau sebesar 0,50% dari jumlah total utang Pemerintah. Proporsi pinjaman China kepada Indonesia sangat kecil untuk dapat "menguasai" Indonesia. Â
Selain dari China, Indonesia meminjam dari World Bank, Asian Development Bank (ADB), Jepang, Jerman, Â dan Perancis. Total keseluruhan pinjaman dari lembaga asing mencapai 18,23 persen saja dan sisanya adalah dari SBN.Â
Rasio defisit PDB Indonesia masih tergolong aman dibandingkan negara yang terkena Chinese Money Trap, yaitu hanya sekitar 2,5 persen. Dan rasio utang pemerintah terhadap PDB per 2018 hanya sekitar 29,78 persen. Maka dengan rasio tersebut, Indonesia optimis dapat melunasi utang.
Selain itu, pinjaman dari luar negeri akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia yang nantinya dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan negara. Proyek infrastruktur memberikan return sebesar 20 persen dari utang negara 8 persen.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H