Siapa yang tidak kenal arisan? Siapa yang tidak pernah ikut arisan? Rasanya sermua kalangan tahu arisan yang “Indonesia banget”, dari arisan keluarga, RT, kantor, hingga arisan ibu-ibu jetset.
Keluarga saya adalah keluarga yang juga mengikuti tradisi arisan. Akan tetapi arisan kami adalah arisan yang tujuannya adalah agar silahturahmi keluarga besar kami tetap terjalin baik. Besar iuran yang dibayarkan setiap bulannya tidak besar, yang penting silahturahmi rutin setiap bulannya. Tiap bulan, tempat arisan kami juga tidak harus mewah, kebanyakan kami melakukan pertemuan di rumah anggota keluarga besar kami secara bergantian, jarang untuk kami melakukan kocok arisan di luar rumah.
Disisi lain arisan yang ada di tengah keluarga saya, ternyata seiring perkembangan jaman saat ini di kota-kota besar menjamur tren arisan baru yang tak sekedar menarik undian di tempat yang paling “happening”, namun para arisan ladies ini berdandan sesuai dress code, berpose “pol” di depan kamera fotografer profesional, dan mau melakukan apa saja demi tampil di majalah gaya hidup. Mengocok undian tingal kegiatan sampingan.
Para arisan ladies rela mengikuti lebih dari 3 arisan, bahkan sampai 20 arisan demi agar eksistensi nya tetap terlihat. Bahkan mereka tidak segan-segan mengundang fotografer bahkan media untuk meliput kegiatan arisan mereka. Arisan mereka pun tidak hanya dilakukan di tempat paling “happening”, bahkan arisan saat ini juga menjadi ajang liburan bersama ke luar negeri.
Saat ini arisan juga memiliki berbagai jenis, ada arisan swinger atau ganti - ganti pasangan, pada arisan ini suaminya juga ikut arisan. Atau arisan berhadiah brondong maupun artis pria terkenal. Tidak jarang arisan dilakukan di klub malam, sekalian tipsy bareng sama ‘make’ bareng. Arisan khusus istri kedua juga ada, kalau sudah ada begini tidak tertutup kemungkinan akan ada arisan istri ketiga, keempat dan seterusnya… Mengerikan memang, tetapi itulah yang sudah terjadi di dunia arisan saat ini.
Setelah saya membaca buku ini, persepsi saya mengenai arisan semakin luas. Saya menjadi lebih tahu soal “arisan” yang ada di tengah kaum sosialita khususnya. Perasaan saya saat pertama membaca buku karya Joy Roesma dan Nadia Mulyaini adalah kaget. Ya, kaget melihat kondisi arisan yang“sebenarnya” terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H