Mohon tunggu...
Review Film
Review Film Mohon Tunggu... -

Mengulas film, sineas, budaya, dan berbagai kabar sosial, politik, budaya dari dalam dan luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Film, Assalamualaikum Beijing

2 Januari 2015   19:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:57 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Review oleh Yan Widjaya

SAAT menyiapkan perhelatan nikah, Asma mendapatkan pengakuan Dewa, bahwa calon suaminya ini telanjur menghamili Anita. Asma mengikhlaskan Dewa menikahi rekan sekantornya, lantas meninggalkan Jakarta, untuk berkarier di Beijing. Asma memang merintis karier sebagai penulis dan novelis. Sahabatnya, Sekar, dan suaminya, Ridwan, mengajaknya bekerja di koran edisi bahasa Indonesia terbitan Tiongkok. Kolom yang ditulisnya, Assalamualaikum Beijing, cepat digemari pembaca koran.



Pertemuan pertama Asma dengan Zhong-wen di bis kota berlanjut. Si pemuda memanggilnya Ashima karena terkenang legenda daerahnya. Justru selagi hubungan mereka kian mesra, Dewa menyusul ke Beijing, ia ingin menceraikan Anita yang telah melahirkan anaknya demi menikahi Asma.


Mendadak Asma pulang ke Jakarta karena ternyata mengidap APS yang berakibat stroke fatal, bisa lumpuh, buta, bahkan mati. Zhong-wen datang dan siap menerima Asma apa adanya, bahkan ia juga telah menjadi mualaf (ini bedanya dengan film Lebaran tahun lalu, La Tahzan, kala Joe Taslim batal mualaf hingga Atiqah Hasiholan pun balik ke Ario Bayu). Akankah film ini berakhir happy-ending atau sebaliknya sad-ending? Untuk tidak mengurangi kenikmatan saat menonton, sebaiknya disaksikan sendiri di bioskop sampai tuntas…


Sebagai sutradara, Guntur Soeharjanto nampak makin dipercaya duo produser Yoen K-Ody Mulya Hidayat untuk syuting efisien dengan lokasi luar negeri, sejak Refrain, 99 Cahaya di Langit Eropa, Runaway, sampai kini ke negeri leluhur dari Beijing ke Tembok Besar dan panorama khas Yunan. Lewat film ini pula, terungkap tidak semilyar penduduk Republik Rakyat Tiongkok adalah komunis atau atheis semua karena masih ada masjid-masjid dan umat beragama pun bebas beribadah sesuai keyakinan masing-masing.


Akting Revalina S. Temat nampak kian matang sebagai muslimah yang dirundung masalah semenjak Perempuan Berkalung Sorban, Tanda Tanya, dan Hijrah Cinta, walau sehari-hari tetap tampil bersahaja tanpa kerudung. Lihat aktingnya saat terkena stroke dengan mulut menyong dan gagu, karena kehilangan kemampuan bicara. Debutan Morgan Oey, mantan personil boyband Smash!, tidak mengecewakan. Dua debutan lainnya adalah Cynthia Ramlan (adik Olla Ramlan) sebagai Anita, dan penyanyi remaja Ollyne Apple sebagai tour guide di Beijing. Yang terasa bermain bebas tanpa beban justru Laudya Cynthia Bella sebagai Sekar yang emosionil dan heboh namun kemunculannya sungguh menyegarkan, berduet dengan Desta yang kali ini tidak mencoba melucu toh tetap bikin penonton tertawa.


Skenario ditulis Alim Sudio berdasarkan novel laris bertajuk sama karya Asma Nadia (tapi ia wanti-wanti, “Cerita ini bukan biografiku lho, walau nama tokohnya sama!”) Lagu soundtracknya, Moving On, dinyanyikan Ridho Rhoma, asyik untuk berdansa rame-rame di Lapangan Merah Tien-an-men. Inilah film drama penutup tahun yang mulai tayang pada 30 Desember 2014, akankah ia berhasil menyusul rekor film yang sama-sama berlokasi di Tiongkok dan mendului bermain di awal bulan terakhir namun bernuansa komedi, Kukejar Cinta ke Negeri Cina? Nilai akhir film ini lihat di...


http://www.reviewfilm.info/film/2014/assalamualaikum%20beijing.htm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun