Mohon tunggu...
Pelangi Zahra
Pelangi Zahra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pelangi Zahra adalah nama pena dari Revi Nuraini, S.Pd, seorang guru yang memiliki hobi travelling dan menulis. IG : @Pelangizahra_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menapaki Jejak di Tanah Haram

20 Oktober 2024   17:20 Diperbarui: 20 Oktober 2024   17:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Labbaik Allahumma Labbaik...

Labaika Laa Syarika Laka Labbaik...[CC1] 

Lantunan syair tersebut mengiringi perjalanan Zara dan rombongan menuju kota Mekkah. Bus membawa mereka melaju membelah jalan yang dikelilingi oleh hamparan padang pasir. Sebuah gerbang berukuran besar dengan icon Al-Qur'an menyambut kedatangan mereka. Tampak rerumputan hijau dan beberapa pohon berukuran sedang ikut melambai. Sekawanan unta pun juga tengah asyik menikmati makan siang.

Zara kembali menghela air matanya yang jatuh. Sungguh ini masih terasa mimpi baginya. Bagaimana tidak, keberangkatannya untuk menunaikan ibadah Umroh tersebut jauh dari angannya. Bukan tak pernah ia harapkan, tetapi Zara merasa itu adalah mimpi yang masih jauh untuk digapai. Hal ini mengingat bahwa ia bukanlah berasal dari keluarga berada. Dari silsilah keluarganya pun belum ada yang berkesempatan diundang menjadi tamu Allah tersebut.

Akan tetapi, takdir tak ada yang tahu. Allah telah menggoreskan Zara menjadi tamu istimewanya melalui prestasinya di bidang kepenulisan. Sekilas mengingat kembali, berawal dari ketidaksengajaan Zara dalam mengikuti perlombaan menulis makalah Al-Qur'an yang diadakan pada MTQ tingkat kabupaten tahun lalu, akhirnya membuahkan hasil yang manis, hingga ia berhasil mendapatkan bonus umroh dari kabupaten tersebut. Zara tidak sendirian, ia berangkat bersama beberapa orang para Hafidz dan Qori yang juga telah berhasil  menorehkan prestasi terbaiknya.

Bus terus melaju, hingga kini memasuki kota Mekkah yang menjadi tujuan utama para jamaah umroh. Bangunan khas berwarna coklat di atas bebukitan serta bangkai mobil berjejer di pinggir jalan, membuat para jamaah berdecak kagum. Hingga mereka mulai melihat deretan bangunan menjulang langit dan sebuah jam besar yang menjadi icon[CC2]  kota Mekkah terpampang jelas dihadapan mereka. Gema takbir pun semakin riuh menambah suasana haru di dalam bus.

Para jamaah pun mulai berhamburan turun dari bus ketika mereka sudah tiba tepat di depan hotel.  Orang-orang bertubuh besar lengkap dengan jubahnya tampak berlalu lalang. Bukan hanya itu, para perempuan berpakaian serba hitam menggunakan niqab pun tampak asyik mengobrol sambil berjalan melintasi Zara dan rombongan. Zara segera masuk ke dalam hotel membawa kopernya dan menuju ke kamar yang telah disediakan.

Baca juga: Rinduku pada Senja

Setelah membersihkan tubuh dan beristirahat sebentar, Zara dan rombongan pun segera turun ke lobi. Tampak ketua pembina sudah menunggu mereka sedari tadi. Mereka rencananya akan melakukan umroh pertama. Jantung Zara semakin berdebar kencang, matanya mulai berkaca-kaca ketika para rombongan memasuki halaman Masjidil Haram. Terlihat ribuan jamaah dari berbagai belahan dunia telah memadati perantara Masjid.

Baca juga: Hati yang Mengalah

Tangan Zara semakin bergetar, matanya tak dapat lagi membendung air yang sedari tadi ia tahan. Akhirnya tangisan itu pun pecah ketika matanya menatap jelas bangunan hitam besar yang berada di tengah masjid, dikelilingi oleh para jamaah umroh lainnya. Zara pun berjalan tertatih, kakinya terasa lemah melangkah. Dengan sekuat tenaga ia pun melaksanakan sholat dua rakaat. Zara memilih untuk melaksanakan Shalat taubat, karena ia merasa sudah berlumuran akan dosa dan ia berharap ampunan dari Allah di tanah yang suci ini.

Tak lama setelah itu, Zara dan rombongan pun mulai melakukan tawaf. Tangis para jamaah mulai terdengar mengiringi langkah demi langkah mereka mengelilingi Ka'bah. Suasana terasa semakin menegangkan ketika para jamaah berusaha untuk masuk ke Makam Ibrahim untuk melaksanakan Shalat[CC3] . Dengan sekuat tenaga Zara mencoba menyusup diantara jamaah keturunan Nigeria yang berbadan tinggi besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun