Mohon tunggu...
Revaputra Sugito
Revaputra Sugito Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

We Love Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerakan Massive-Terstruktur Dari Gerindra

7 Agustus 2014   23:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:07 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Kami siap kalah dan siap menang dengan terhormat dengan cara-cara yang demokratis, bukan karena di curangi.” Itulah kalimat pernyataan yang selalu diulang-ulang oleh Prabowo pada akhir-akhir ini.

Tetapi permasalahan utama dari Pilpres 2014 setelah Penetapan Pemenang oleh KPU yang terjadi adalah Prabowo tidak merasa kalah dan malah menuduh KPU telah melakukan kecurangan sehingga kubu Prabowo kemudian menggugat KPU ke Mahkamah Konstitusi. Padahal jauh hari sebelum KPU membuat ketetapan tersebut berkali-kali (sekitar 15 X) Prabowo menyatakan siap menerima apapun hasil keputusan KPU. Ini yang membuat banyak orang menyesali sikap dari Prabowo tersebut.

Seluruh masyarakat Indonesia dan sebagian masyarakat manca Negara tentu sudah menyaksikan sendiri betapa transparannya KPU melakukan proses perhitungan suara dengan tahapan jenjang per jenjang. Betulkah KPU telah melakukan kecurangan?Ataukah tuduhan Prabowo hanyalah tuduhan asal-asalankarena sebenarnya Prabowo memang tidak berniat mengakui kekalahannya pada Pilpres 2014 ini?

Bila kita cermati kalimat pernyataan Prabowo diatas dan kita ambil poinnya bisa dijabarkan sebagai berikut :

1.Siap Kalah tetapi harus dengan cara yang terhormat.

2.Siap Kalah tetapi harus dengan cara yang Demokratis.

3.Tidak Siap Kalah kalau Ternyata Dicurangi.

Dan bisa disimpulkan bahwa Prabowo hanya siap kalah bila kekalahannya itu secara terhormat, secara demokratis dan tidak dicurangi. Ini sebenarnya bertendensi subjektiv karena Prabowo terlihat mencoba menggunakan standar analisa pribadinya untuk dapat menyimpulkan bahwa terjadi atau tidak terjadinya proses demokrasi maupun terjadi atau tidak terjadinya proses kecurangan.

SELALU MERASA BENAR

Ada beberapa kejadian selama Pilpres 2014 ini yang membuat banyak orang akhirnya menyimpulkan bahwa Prabowo memang selalu merasa dirinya yang paling benar dan tidak mau mengakui hal-hal yang benar di mata masyarakat luas.

Pertama, beberapa minggu sebelum hari pencoblosan dari kubu Prabowo dan Prabowo sendiri berkali-kali tidak pernah mau mengakui bahwa Survey Elektabilitas dari berbagai Lembaga Survey masih menempatkan Elektabilitas Prabowo berada dibawah Elektabilitas Jokowi.Segala argument dikeluarkan oleh kubu Prabowo untuk membantah hal tersebut disamping mereka juga mengatakan Survey Internal mereka berkata sebaliknya.

Kedua, Pada saat hari Pencoblosan tanggal 9 Juli lalu ketika 8 Lembaga Survey merilis Quick Count yang memenangkan Jokowi, Prabowo sangat marah dan mengatakan itu tidak benar. Prabowo dan kubunya mengatakan berdasarkan Quick Count 3 Lembaga Survey yang lebih credible yang ditayangkan oleh TV One dan MNC TV mereka lah pihak yang menang.Prabowo pun melakukan aksi Sujud Syukur di rumah keluarganya.

Tetapi keesokan harinya pada tanggal 10 Juli diketahui bahwa 3 Lembaga Survey yang memenangkan Prabowo ternyata Lembaga-lembaga Survey abal-abal, Prabowo tetap tidak mau mengakui bahwa Jokowi-JK telah menang.Prabowo pun berkali-kali berbicara ke berbagai media baik media nasional maupun media internasional bahwa Quick Count dari 8 Lembaga Survey yang memenangkan Jokowi tidak layak untuk dipercaya karena lembaga-lembaga itu dibiayai oleh kubu Jokowi.

Selanjutnya Prabowo mengatakan dirinya sudah sebanyak 15 kali menyatakan Siap Kalah dan akan menghormati semua keputusan KPU. Prabowo juga curhat ke semua media dan menyesalkan sikap Jokowi yang tidak mau mengeluarkan pernyataan siap kalah seperti dirinya. Ini sungguh kekanak-kanakan karena Jokowi sebelum Pilpres memang memiliki Elektabilitas diatas Prabowo, begitu juga dengan Hasil Quick Count 8 lembaga Kredible yang sudah digunakan semua orang di negeri ini selama 10 tahun juga sudah memenangkan Jokowi. Untuk apa Jokowi harus mengikuti pernyataan Prabowo?

Ketiga, Dan tibalah pada saat menjelang Final Rekapitulasi Perhitungan Suara Nasional dari KPU. Seminggu sebelum tanggal 22 Juli masyarakat Indonesia sudah mendapatkan banyak Informasi tentang jumlah suara yang bisa dihitung dari Form C1, DB1 dan lainnya yang memang diupload oleh KPU ke situs resminya. Begitu juga selama seminggu menjelang tanggal 22 Juli begitu banyak situs-situs non partisan yang membuat perhitungan sendiri yang kesemuanya memenangkan Jokowi-JK dengan suara masuk mendekati 90 persen.

Meskipun perhitungan-perhitungan tersebut bukan perhitungan resmi KPU akan tetapi karena data C1 sebagai sumber perhitungan memang berasal dari KPU sehingga kemungkinan keakuratan hasilnya bisa dikatakan akan mendekati pada hasil sebenarnya dari perhitungan KPU.

Sayangnya kemudian 2 hari sebelum tanggal 22 Juli secara tiba-tiba kubu Prabowo menyatakan telah ditemukan adanya indikasi kecurangan pada Pilpres ini dan meminta KPU agar menghentikan Rekapitulasi Perhitungan Suara Propinsi yang sudah mecapai 95%.Ini benar-benar sangat mengherankan dimana ketika begitu banyak berbagai pihak sudah ikut menghitung suara masuk pada posisi 95% dengan kemungkinan kuat Jokowi-JK memenangkan Pilpres, tiba-tiba kubu Prabowo berteriak telah terjadi kecurangan.

Yang seperti ini tentu tidak masuk akal karena bila memang ada Kecurangan pada pelaksanaan Pilpres ini seharusnya sudah diketahui pada tanggal 10 Juli 2014 (sehari setelah pencoblosan). Dan bila memang diketahui pada tanggal tersebut sudah pasti beritanya akan menyebar ke semua media dan mungkin dalam waktu 1-3 hari sudah diselesaikan sesuai dengan jadwal KPU tentang masa complain perhitungan suara di tingkat TPS (C1).Tapi yang terjadi adalah ketika 2 hari sebelum perhitungan puncak KPU dimana banyak pihak juga sudah menghitung data suara hingga 90% tiba-tiba kubu Prabowo berteriak telah terjadi kecurangan di sejumlah ribuan TPS sehingga meminta KPU menghentikan Rekapitulasi Nasionalnya.

Dan puncaknya adalah tanggal 22 Juli 2014 pada beberapa jam sebelum KPU menetapkan Pemenang Pilpres secara tiba-tiba Prabowo mengeluarkan pernyataan mengejutkan yaitu menarik diri dari Proses Pemilu Presiden dengan alasan KPU telah melakukan kecurangan Sistematis, Massive dan Terstruktur.Bagaimana mungkin setelah tinggal beberapa jam lagi KPU menetapkan Hasil Pilpres tiba-tiba Prabowo menyatakan mundur dari Proses yang terjadi?Sudah tentu ada alasan-alasan khusus yang tersembunyi dibalik semua itu.

Akhirnya perjalanan Pilpres ini berlanjut hingga ke Mahkamah Konstitusi.

PERNYATAAN PRABOWO SUDAH TIDAK BISA DIPERCAYA

Setelah Prabowo menarik diri dari Pilpres pada tanggal 22 Juli selanjutnya Prabowo kembali membuat sensasi dengan Video yang diupload ke Youtube dengan nada kemarahan sekali lagi Prabowo menyatakan KPU telah Curang dalam Pilpres ini dan Prabowo menyatakan akan memperjuangkan demokrasi rakyat Indonesia dengan gigih ke Mahkamah Konstitusi dengan keyakinan bahwa MK akan membuat keputusan yang adil dan jujur bagi dirinya dan rakyat Indonesia.

Sebenarnya yang terjadi kemudian adalah masyarakat luas sudah tidak percaya lagi dengan ucapan-ucapan Prabowo.Survey Elektabilitas sebelum Pilpres dianggap salah oleh Prabowo. Hasil Quick Count lembaga-lembaga survey credible juga dianggap memihak Jokowi, hingga Perhitungan Final dari KPU pun dianggap Curang oleh Prabowo.Dari hal-hal tersebut kemungkinan besar yang terjadi adalah bila MK tidak mengabulkan gugatan dari Prabowo maka akan ada pernyataan dari Prabowo bahwa MK tidak bekerja professional dan lain-lain sebagainya.

Kesimpulan ini juga diperkuat dengan massivenya partai-partai pendukung Prabowo seperti PKS, Gerindra dan Golkar yang menyuarakan akan membentuk Pansus Pilpres Curang di DPR dimana dengan langkah itu dapat dikatakan Kubu Prabowo secara tersirat tidak percaya bahwa MK akan memenangkan gugatan mereka.

Begitu juga dengan berkas gugatan Prabowo yang sudah masuk ke MK dan diupload ke situs MK dapat dilihat begitu lemahnya dan begitu asal-asalannya gugatan tersebut sehingga bisa diprediksi bahwa Gugatan Prabowo ke MK bukanlah langkah final dari Prabowo untuk mengakui Hasil Pilpres 2014 ini.

GERAKAN MASSIVE DAN TERSTRUKTUR DARI GERINDRA

Setelah belasan kali melihat pidato-pidato Prabowo diberbagai kesempatan, tentu banyak pihak sudah dapat menilai bahwa Prabowo adalah orang yang temperamental dan mendominasi partai miliknya.Dari hal tersebut bisa dibayangkan kalau pemimpinnya seperti itu tentu mayoritas pengikutnya juga cenderung akan temperamental dan bisa saja bersikap anarkis.

Dan berita-berita di berbagai media beberapa hari ini memang mengindikasikan dari Partai Gerindra telah muncul pergerakan-pergerakan yang Massive dan Terstruktur. Malah ada kecenderungan untuk bersikap Anarkis. Dan berikut ini kejadian-kejadiannya :

TANGGAL 5 AGUSTUS 2014 :

1.Ratusan orang meggembok Gedung KPU dan ingin menangkap Ketua KPU Pusat.

Ratusan orang dari kelompok Dewan Rakyat Jakarta dipimpin Guntur Setiawan dan M.Taufik (ketua DPD Gerindra) membuat rusuh dengan menggembok gerbang kantor KPU Pusat dan berteriak-teriak akan menangkap Ketua KPU Husni Malik

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/04/16064981/Minta.Husni.Kamil.Manik.Ditangkap.Demonstran.Goyang.Pagar.KPU

2.Mengancam akan mengerahkan 30.000 massa untuk mengepung gedung MK.

Ketua DPD Gerindra Jakarta M.Taufik dan Anggota Tim Prabowo, Andre Rosieda akan mengerahkan 30.000 orang untuk mengepung gedung MK.

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/05/16152321/Datangkan.30.000.Simpatisan.Kubu.Prabowo-Hatta.Bantah.Ingin.Tekan.MK.

Tanggal 6 Agustus 2014 :

1.Ribuan massa pendukung Prabowo memadati halaman Gedung MK.

Tanggal 6 Agustus pagi sekitar jam 09.00 ratusan hingga seribuan massa dari Golkar, PAN dan PKS mula berkumpul didepan gedung MK untuk mengawal Prabowo.

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/06/0918014/Massa.Prabowo.Kibarkan.Bendera.Golkar.dan.PAN.di.Depan.Gedung.MK

2.Ratusan Orang Bermotor Berteriak-teriak di Depan gedung KPU Pusat Jakarta.

Sekitar seratus orang mengendarai puluhan sepeda motor berkonvoi mondar-mandir didepan gedung KPU sambil berteriak-teriak memaki KPU.Kelompok yang menamakan dirinya Brigade 08 bergerak mondar-mandir dengan motor-motor mereka sambil meraung-raungkan gas motor mereka dan berteriak memaki KPU.

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/06/14100731/Sekelompok.Orang.Teriakkan.Kata-kata.Kasar.di.Depan.Gedung.KPU

3.Ratusan Massa Gerindra Rusuh dengan Polisi di kantor KPUD Jawa Timur.

Ratusan massa yang dipimpin Sekretaris DPD Gerindra Jawa Timur memaksa menerobos barikade polisi dengan cara menabrakan Truk yang memuat Peralatan Sound system ke kawat berduri. Akhirnya oleh polisi dibalas dengan menabrakan Mobil baja Water Canon Polisi ke truk tersebut. Beberapa orang pendukung Gerindra luka-luka kena pentungan polisi. Massa ini juga berteriak agar seluruh anggota KPU Jawa Timur harus diadili atas kecurangan yang dilakukan pada Pilpres kemarin.

http://www.aktual.co/politik/115723kerusuhan-warnai-aksi-pendukung-prabowo-di-surabaya

4.Gerindra Jawa Tengah Kirim 150 Kader berdemo ke KPUD Jawa Tengah.

Ketua Gerindra Kendal Asharudin mengaku mengerahkan 150 kadernya ke kantor KPU Jawa Tengah untuk berdemo di kantor tersebut menuntuk Pilpres yang Jujur dan Transparan.

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/06/11452121/Tuntut.Pilpres.Jujur.Gerindra.Kirim.150.Kader.ke.KPU.Jateng

5.Puluhan orang menggeruduk kantor KPUD Sumatra Utara.

Sekelompok masyarakat yang dipimpin Rico Purba berdemo di depan kantor KPUD Sumatra Utara dengan memprotes KPU yang mengabaikan rekomendasi Panwaslu Sumatra Utara untuk melakukan PSU di kabupaten Nias Selatan.

http://www.aktual.co/nusantara/130610kuburan-dihadiahkan-kepada-kpu-sumut

6.Puluhan Orang juga mengepung Kantor KPUD Propinsi Bali.

Sejumlah massa beriring-iringan membawa 2 spanduk besar bertuliskan “Tolak Hasil Pemilu Curang” berorasi didepan KPUD Bali. Massa yang dipimpin oleh Wayan Wiratmaja mengatakan aksi ini untuk mengajak seluruh masyarakat untuk menolak hasil Pilpres yang curang.

http://www.aktual.co/nusantara/125721pendukung-prabowo-hatta-bali-gelar-aksi

7.Tim Prabowo Hatta Meminta KPU Dibubarkan.

Ratusan pendukung Prabowo kemarin yang semula berada di gedung MK bergerakke gedung DPR.Sampai di gedung DPR Andre Rosiade anggota Tim Prabowo Hatta meminta Komisi II DPR untuk membentuk Pansus Pilpres dan meminta KPU dibubarkan karena telah curang.

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/06/17150451/Datangi.DPR.Pendukung.Tim.Prabowo-Hatta.Minta.KPU.Dibubarkan

Kesimpulannya, Bila melihat pergerakan serentak di sekitar 7 Propinsi sekaligus pada tanggal 6 Agustus kemarin bisa dikatakan pergerakan ini memang terstruktur (terencana) dan massive. Begitu juga dengan ancaman-ancaman, intimidasi kepada KPU hingga anarkis dengan bentrok dengan polisi maupun menggembok kantor KPUmengindikasikan Gerindra memiliki agenda khusus selama Gugatan di MK berlangsung maupun setelahnya.

Demikian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun