Saat ini kondisi partai yang sering mengaku sebagai partai yang paling Islam ini sama seperti pada bulan Januari 2013 dimana terlihat ada kepanikan yang luar biasa besarnya. Kepanikan ini terlihat dari galaunya PKS menatap masa depan partainya yang rasanya terlalu sulit untuk diprediksi.
Pada bulan Januari 2013 ketika Luthfi Hasan Issaq ditangkap KPK, seketika itu juga semua elite PKS marah besar terhadap KPK. Kita masih ingat Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Fahri Hamzah dan lainnya langsung mengeluarkan tuduhan-tuduhan tidak berdasar kepada KPK. Ada tuduhan KPK berkonspirasi dengan Zionis, ada juga tuduhan KPK berkonspirasi dengan partai Demokrat untuk menjatuhkan PKS karena PKS ini adalah calon pemenang ke 3 Pemilu Legislatif 2014.
Nyata-nyatanya semua tuduhan itu tidak berdasar sama sekali. Hanya menghebohkan masyarakat saja.
Begitu juga yang terjadi saat ini terlihat ada kepanikan yang luar biasa di partai ini, dimana tadinya PKS yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih sudah merencanakan memenangkan RUU Pilkada yang akan diputuskan pada rapat Paripurna DPR tanggal 25 September mendatang.
Ternyata beberapa hari yang lalu partai Demokrat sudah menyatakan mendukung Pilkada Langsung. Ini bertentangan dengan rencana Koalisi Merah Putih yang sebelumnya sudah yakin akan memenangkan RUU Pilkada dengan perubahan Pilkada tidak langsung atau Kepala Daerah dipilih oleh DPRD.
Tidak itu saja, PPP juga sudah mengisyaratkan akan menjalin komunikasi lebih intens kepada Jokowi-JK dengan kemungkinan PPP akan segera bergabung dengan kubu Jokowi-JK. Begitu juga dengan PAN yang sudah mulai membuka diri untuk berkomunikasi dengan Jokowi-JK meskipun memang belum terlihat isyarat akan bergabung dengan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih.
Dari konstelasidan dinamika yang berkembang dimana baik Demokrat, PPP dan PAN sudah melakukan pergerakan-pergerakannya masing-masing, kelihatannya yang masih solid di Koalisi Merah Putih tinggalah Gerindra, PKS dan Golkar. Tentu saja hal ini sangat memporak-porandakan semua rencana-rencana yang sudah dibangun koalisi ini.
Sekilas saja kalau melihat partai Demokrat sudah seirama dengan Koalisi PDIP di DPR untuk mendukung Pilkada Langsung maka Koalisi Merah Putih akan kalah kekuatan suaranya bila dilakukan Voting di Paripurna, apalagi kalau ada tambahan PPP ataupun PAN.
ELIT PKS- HIDAYAT, ANIS MATTA PUN KINI BERSUARA KERAS
Dalam 2 hari ini dari berbagai media tersebar kabar bahwa setelah Demokrat, PPP dan PAN bergerak maka para elit PKS pun mulai bersuara lantang tentang banyak hal di berbagai media.Dari Detiknews pada hari minggu kemarin mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid sudah mengeluarkan sindiran keras terhadap Jokowi. Hidayat menyindir tentang kabinet Jokowi dimana versi Hidayat pada kampanye Pilpres lalu Jokowi ingin membentuk Koalisi tanpa syarat, sedangkan kenyataannya sekarang pada pembentukan kabinet Jokowi-JK malah menyediakan 16 kursi untuk partai pendukung. (Sumber : Detikcom)
Agak geli juga membaca berita tersebut karena memang sebenarnya urusan pembentukan kabinet adalah hak prerogative Presiden. Yang seperti ini seharusnya tidak perlu Hidayat mengomentari, apalagi menyindir-nyindir.Lagipula PKS sendiri sudah gembar-gembor akan membentuk Koalisi Permanen dengan mensahkan UU MD3. Itu juga yang akhirnya memaksa mau tidak mau Jokowi harus melibatkan partai juga pada postur kabinetnya.
Selain menyindir-nyindir Jokowi, ternyata Hidayat juga berkomentar banyak dan seolah-olah membela FPI yang sedang berupaya melakukan aksi penolakan terhadap Ahok yang akan dilantik menjadi Gubernur DKI. Itu juga hal yang mengherankan.
Sebagai anggota Legislatif yang sudah beberapa kali terpilih dan juga mantan Ketua MPR seharusnya Hidayat paham betul UU yang ada yang memang mengharuskan Ahok menjadi Gubernur DKI paska Terpilihnya Jokowi menjadi Presiden pada Pilpres lalu. Tapi yang terjadi Hidayat malah seolah-olah membela ormas yang tanpa alasan menolak Ahok menjadi Gubernur DKI. (Sumber: Detikcom)
Berikutnya lagi dari Kompas.com dikabarkan Anis Matta Presiden PKS juga mengeluarkan beberapa statement ke media. Yang pertama adalah Anis Matta mengatakan belum tentu partai Demokrat akan mendukung Pilkada Langsung pada Paripurna nanti (belum final). Demokrat menurut Anis Matta pasti akan bersama-sama PKS mendukung Pilkada Tidak Langsung.
Sama dengan Hidayat Nur Wahid, pernyataan Anis ini sebenarnya tidak perlu karena seolah-olah sudah mencampuri urusan internal partai Demokrat. Anis Matta tidak dalam kapasitas mewakili partai Demokrat dalam menentukan arah politiknya.
Sudah jelas SBY sebagai Ketua Umum Demokrat sudah menyatakan mendukung Pilkada langsung, begitu juga dengan Ketua Harian Syarif Hasan dan Wasekjen Demokrat Ramadan Pohan sudah menyatakan hal yang sama yaitu mendukung Pilkada Langsung, apa mungkin Demokrat mau mempermalukan dirinya dengan merubah lagi sikap politik pada Paripurna nanti? (Sumber: Kompas.com)
Lebih lanjut lagi Anis Matta malah mengeluarkan statement controversial menyangkut ISIS. Sudah jelas Pemerintah RI sudah mengeluarkan kecaman terhadap kekejaman ISIS dan ISIS pun sudah menjadi masalah dunia Internasional, Anis malah mengatakan seharusnya kita semua melihat ISIS dari sudut pandang yang berbeda.Anis Matta mengatakan ISIS ini direkayasa oleh Amerika demi kepentingan Amerika. Anis juga dengan yakin mengatakan kekuatan ISIS hanya 30.000 orang dan Negara-negara yang menyerang ISIS adalah Negara-negara yang Lebay.
Sangat mengherankan pernyataan dari seorang Ketua Umum partai seperti ini. Kalau memang hanya 30.000 orang mengapa Irak, Suriah dan Negara sekitarnya tidak mampu mengatasinya? Irak sendiri sudah meminta bantuan PBB untuk ini tetapi oleh Anis Matta dipandang sebagai Lebay. Yang menjadi tanda-tanya juga, Anis Matta sebenarnya dapat informasi darimana tentang ISIS ini ,karena selama ini Anis Matta terlalu sering berkomentar besar tentang Zionis dan lain-lainnya.
Dan kalau bisa disimpulkan sebenarnya pernyataan soal ISIS ini malah semakin mendiskreditkan PKS di mata masyarakat yang sudah mengetahui dengan pasti bagaimana kekejaman ISIS. (Sumber: Kompascom)
Selanjutnya tidak cukup dengan Hidayat Nur Wahid dan Anis Matta, elit PKS lainnya yang merupakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriyawan ikut angkat bicara tentang Pilkada Langsung.
Ahmad Heryawan yang dipanggil Aher yang tahun lalu baru terpilih lewat Pilkada Langsung malah menjelek-jelekan Pilkada yang telah memenangan dirinya dan Deddy Mizwar.Aher mengatakan Pilkada Langsung itu Kotor (penuh manipulasi uang). Bukan saja kotor pada proses Pilkadanya melainkan juga hingga ke penyelenggara pemilunya hingga ke MK semuanya kotor menurut Aher. (Sumber: Kompascom)
Ya begitulah sikap dari para Elit PKS dimana setelah kontelasi politik yang ada ternyata tidak sesuai dengan cita-cita dan rencana partai ini maka mereka pun berteriak lantang penuh kepanikan.
Kita lihat saja manuver-manuver apa yang akan dilakukan PKS berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H