Mohon tunggu...
Revansha Ananda Muhammad F
Revansha Ananda Muhammad F Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Public Relations | Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Mahasiswa Milenial Dalam Membangkitkan Generasi 4.0

28 November 2021   19:58 Diperbarui: 30 November 2021   08:15 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar :  https://sokrates.id/2019/07/30/peranan-hots-berfikir-kritis-kreatif-bagi-generasi-milenial/

Indonesia saat ini sedang dilanda problematika dalam segala bidang baik bidang ekonomi, hukum, sosial budaya, serta pendidikan. Terlebih lagi saat ini dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 yang meluluhlantahkan bidang ekonomi dan pendidikan di negeri ini. Mahasiswa adalah ujung tombak yang menentukan nasib kedepannya negeri ini. 

Secara tidak langsung mahasiswa memiliki peran sebagai Agent of Change yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk membangun bersama negeri ini menjadi lebih baik. Mahasiswa dituntut peka terhadap setiap perubahan kebijakan pemerintah terutama bidang pendidikan. 

Dalam masa pandemi ini kita tahu para pemimpin sangat sulit dalam mengambil kebijakan serba salah dalam sektor pendidikan. Terlepas dari itu, seiring dengan berkembangnya zaman di era serba modern ini tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu nya dapat dilakukan dengan mudah dan efektif. Kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan diseluruh kalangan dan dalam segala bidang. 

Peran mahasiswa sebagai generasi 4.0 adalah mahasiwa diharapkan mampu beradaptasi dengan pembelajaran secara virtual dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Sudah banyak diketahui Era revolusi industri 4.0 membawa serta perubahan diberbagai bidang termasuk juga dalam bidang Pendidikan. Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. 

Pada era revolusi industri 4.0 pendidikan dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperlancar proses pembelajaran. Sebagai generasi yang tumbuh besar di tengah teknologi digital, peran milenial sangat penting untuk mendukung perkembangan revolusi industri 4.0. 

Sebagai kelompok usia yang dianggap paling melek terhadap teknologi, potensi nyata dari milenial dalam menyambut era digital 4.0 ini perlu dipertajam. Tak cukup hanya dengan penguasaan teknologi, tetapi penguasaan sejumlah bahasa asing juga sangat diperlukan agar bisa komunikatif pada tingkat global. Peningkatan kapasitas pekerja milenial juga bisa diwujudkan melalui program pelatihan, kursus dan sertifikasi. 

Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran, kompetisi manusia dengan mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi. Agar bisa menjadi bangsa Indonesia yang maju, kita harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Pada era revolusi industri saat ini, generasi milenial tidak boleh hanya bertindak pasif. Generasi milenial harus mampu menjadi pemimpin dalam menghasilkan kreativitas dan inovasi, memiliki wawasan yang lebih luas dalam perkembangan teknologi, dan mengasah kemampuannya dalam menyosong era 4.0 ini. 

Tentunya generasi muda tentunya harus mampu melatih pola pikir dan harus bisa memilah informasi yang benar maupun informasi yang salah, yang semakin mudah tersebar di era pesatnya pertumbuhan teknologi sekarang ini. Dengan berpikir kritis dan tidak terjerumus ke dalam hal yang negatif, generasi milenial juga turut berperan dalam era revolusi industri 4.0 ini.

Kreativitas dan kontribusi generasi milenial dalam dunia pendidikan menjadi hal yang sangat krusial atau penting. Sebab mereka merupakan generasi yang akan mewarisi bangsa ini dengan mengoptimalkan peran pemuda, demi kemajuan bangsa di era persaingan global yang semakin memanas.  

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan hard skill lebih mengutamakan pengembangan kemampuan dan keterampilan seseorang terhadap pekerjaan. Untuk meningkatkan hard skill pada kemampuan digital, mahasiswa harus beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. 

Dengan berkembangnya teknologi, pengembangan hard skill dapat diperoleh dengan mudah, seperti mengikuti kursus online. Banyak startup, pemerintah menyediakan pelatihan, seminar, magang, sertifikasi dan perlombaan di bidang digital. Kominfo menyediakan pelatihan dan sertifikasi secara daring untuk para mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan digital, seperti pelatihan graphic design, data science, digital entreprenurship, dan program lainnya. 

Beberapa startup menyediakan program pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuan digital, seperti Dicoding Indonesia, Coursera, DQLab, dan lainnya. Lalu, mahasiswa juga perlu meningkatkan kemampuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris yang dapat didapatkan secara mudah melalui internet atau kursus online. 

Dengan demikian, mahasiswa memiliki kemampuan digital yang memadai dan terampil. Selain hard skill, peningkatan soft skill sangat penting untuk dikembangkan dalam mengutamakan peningkatan kepribadian seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Meskipun saat ini orang-orang mengubah tenaga manusia menjadi tenaga mesin, tenaga mesin tidak memiliki kemampuan dalam pengembangan soft skill. 

Tenaga mesin hanya mengikuti arahan perintah program yang diperintahkan oleh pemrogram robot tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengembangkan soft skill yang salah satunya adalah memiliki keinginan untuk mengembangkan diri dan rasa ingin tahu yang tinggi. Teknologi akan berkembang semakin cepat dan canggih. 

Oleh karena itu, mahasiswa harus mengeksplorasi teknologi tersebut lebih lanjut karena teknologi sekarang mungkin tidak efisien lagi untuk kedepannya. Contoh lainnya adalah kemampuan berpikir kritis dan penyelesaian masalah, kerja sama tim, dan cara berkomunikasi yang baik. Perusahaan-perusahaan mempertimbangkan hal-hal ini dalam merekrut pegawainya karena sangat krusial dalam pengembangan perusahaan.

Aset berharga bagi seorang pemuda adalah waktu, pikiran, serta tenaga. Mahasiswa yang notabenenya sebagai pemuda yang disandarkan harapan bangsa dipundaknya, sudah selayaknya bergerak mengambil peran. Literasi digital mengharuskan pembuat kebijakan, ilmuwan, akademisi, peneliti, praktisi, dan lainya, untuk paham digital. 

Dalam hal ini, langkah mahasiswa seperti membuat wadah digital untuk merangkul adik-adik bangku sekolah, ataupun sesamanya terlepas apapun almamater yang mereka gunakan, adalah proses yang akan berdampak besar dalam mengajak serta mengajarkan mereka untuk lebih semangat dalam mengayuhkan roda digital pendidikan di negeri ini dengan tekad, mimpi dan asa. 

Selain itu, keterlibatan mahasiswa dalam serangkaian kegiatan atau perlombaan yang mengarah pada ranah pendidikan Indonesia 4.0 juga menjadi semangat dalam memperbaiki serta mengembangkan pendidikan digital Indonesia. Hal luar biasa adalah ketika mahasiswa mampu mengaplikasikan skill yang dimilikinya untuk kemajuan digitalisasi pendidikan Indonesia. 

Dikutip oleh Kominfo, dari UNESCO, menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah. dalam hal literasi. Hal ini menjadi peluang bagi mahasiswa untuk dapat menebar manfaat. Contoh simpelnya yaitu, kolaborasi mahasiswa dari berbagai jurusan dalam menciptakan suatu aplikasi membaca online gratis bergaya modern yang dapat membangkit minat pembaca. Aplikasi tersebut, dapat pula mengajak para pembaca untuk sama-sama berkarya. 

Misalnya, disediakan ajang perlombaan bergengsi, dengan hadiah yang bermanfaat. Selanjutnya karya pemenang akan dijadikan konten dalam platform tersebut. Hal ini akan membuat mereka merasa diapresiasi, yang selanjutnya akan memunculkan semangat baru untuk lebih produktif. Tentunya hal sangat membutuhkan peran berbagai komponen, tidak hanya mahasiswa, namun juga peran pemerintah, siswa, hingga influencer muda Indonesia. 

Sesuai petuah dari Warren Buffett "You can not make a baby in one month by getting nine women pregnant", yang merefleksikan bahwa segala sesuatu membutuhkan proses guna menunjang progres. 

Tentunya untuk tercapainya pendidikan digital yang merata serta memadai ini dibutuhkan peran dari berbagai pihak, tidak hanya mahasiswa saja. Namun setidaknya, mahasiswa harus sudah bisa memulai agar dapat mentransferkan semangat bagi aktor lainya agar segera terlibat dalam langkah ini.

Oleh karena itu, peran mahasiswa sangatlah dibutuhkan oleh semua pihak dan semua kalangan untuk terciptanya kualitas pendidikan di Era revolusi 4.0 ini yang lebih baik lagi.Oleh karena itu, pengembangan kemampuan digital adalah hal yang sangat penting untuk dikembangkan dalam mewujudkan pendidikan 4.0 supaya mahasiswa merasa siap di era Revolusi Industri 4.0. 

Dengan meningkatkan kemampuan digital, mahasiswa mahasiswa tidak dapat dikalahkan dengan kemampuan tenaga mesin atau kemajuan teknologi kedepannya, tetapi dapat mengelola, dan mengembangkan teknologi tersebut. Dengan demikian, mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan industri untuk kedepannya dan menurunkan tingkat pengangguran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun