Boleh lah, saya tunggu ya di kamar 201.
Hampir mendekati jam 12 si pemijatpun mengetuk pintu kamar saya.
Singkat cerita 150 ribu diberikan padanya sebagai ongkos pijat dan kalo mau lanjut tambah 200 ribu katanya dengan senyum menggoda tapi dengan sopan saya menolaknya karena alasan finansial tapi tentu saja tak ku sampaikan padanya.
Paginya sambil ngopi menunggu jemputan ke bandara di kamar hotel, saya merenung dengan judul perenungan : Dari Dolly Ke Kamar Hotel.
Dikamar hotel 201 Surabaya Minggu Pagi 13 April 2014.
- Kalo Dolly di tutup berapa rupiah yang harus dicairkan sebagai dana konpensasi.
-Apa ada jaminan bahwa mereka akan kembali kekampung masing masing dan bukan malah tersebar tak beraturan disetiap sudut kota.
-Berapa banyak "masyarakat" yang akan kehilangan pencariannya termasuk warga yang meraup untung dengan aktifitas Dolly.
-Ga dimana mana apapun bentuk dan namanya aktifitas syahwat tetap tak bisa dihilangkan baik yang terang terangan seperti Dolly atau yang kelas elit seperti di "S", atau juga yang kelas di pinggir jalan hingga layanan langsung ke kamar hotel...semua itu tak bisa dihindarkan.
Hanya satu yang kita bisa jaga diri kita sendiri dan jangan menghakimi orang lain.
Salam Persahabatan, sampai jumpa pada penelusuran selanjutnya.