Sambil menulis artikel ini saya juga sedang menyaksikan berganti-gantian kanal siaran TV menyongsong pengumuman hasil sidang Makhamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia. Tinggal satu setengah jam lagi, tepatnya pada pukul 1400 WIB akan dibacakan putusan hasil sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2014 yang diajukan Tim Hukum Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prahara). Saya sama sekali tidak ada rasa getaran jantung dag dig dug menjelang pembacaan putusan oleh ketua Makhamah Konstitusi, Hamdan Zoelva. Ya, karena saya sangat yakingugatan Prahara terhadap KPU yang dituduh melakukan kecurangan terstruktur, sistimatis, dan masiv dalam melaksanakan pemilihan Presiden pada hari Rabu, 9 Juli 2014, sama sekali tidak memiliki bukti yang signifikan. Terkesan hanya memaksakan kehendak semata. Juga saya sama sekali tidak deg deg-an menanti pengumuman MK karena sejak setahun lalu, paling tidak saya pribadi, telah berdoa kepada Tuhan saya, Isa Almasih atau Yesus Kristus agar Jokowi diperkenankan-Nya menjadi Presiden RI VII. Dan saya mengamini dan mengimaninya. Kita akan melihat sebentar lagi MK memastikan Jokowi sebagai Presiden RI VII, periode 2014-2019 bahkan jikalau Tuhan saya berkenan, saya sangat berharap Jokowi akan memimpin Indonesia sampai pada periode 2019-2024 untuk membangun fondasi demokrasi sejati yang kokoh menuju Indonesia yang jaya, raya, makmur, dan bermartabat.
Sekarang bagi saya tidak tertarik lagi menunggu siapa yang akan diumumkan menjadi Presiden Indonesia untuk periode 2014-2019 melainkan apa yang menarik dari Jokowi sebagai Presiden RI VII. Jokowi adalah sosok fenomenal. Jokowi adalah pemimpin paripurna. Karir politiknya dimulai dari level bawah sebagai Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan akhirnya sampai ke puncak kursi Presiden RI. Dan Jokowi menjadi satu-satunya calon Presiden sejak era reformasi, yang bukan berasal dari ketua umum partai politik. Ia menjungkirbalikkan tradisi kepartaian selama ini. Hidupnyatidak ambisius terhadap suatu jabatan politik. Hidupnya mengalir apa adanya. Masih tiga tahun menjalani tugas sebagai Walikota Solo, Prabowo memintanya agar Jokowi bersedia dicalonkansebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Tidak mendadak sontak ia sujud syukur menerima tawaran Prabowo, tapi ia mendiskusikannya dengan big boss-nya, Megawati S.P sebagai ketua Umum PDI-P. Setelah mendapat persetujuan Mega barulah ia bersedia menerima ajakan Prabowo. Hampir tak ada orang yang menduga kalau Jokowi akan maju sebagai calon Presiden. Atas nama gemuruh suara rakyat Indonesia, akhirnya Megawati meminta Jokowi bersedia dicalonkan sebagai calon Presiden RI. Di sini Mega perlu diapresiasi sangat tinggi. Ia negarawati sejati. Jadi tidak benar sama sekali kalau ada tudingan miring bahwa Jokowi itu ambisius dan tidak menepati janji untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Walikota ataupun Gubernur. Pihak luarlah yang selalu menarik-narik Jokowi meninggalkan jabatan yang sedang dilakoninya bahkan sampai menuju kursi RI 1. Saya yakin, ini adalah rekayasa dari sang Ilahi yang mungkin sangat kasihan pada Indonesia yang selama ini dipimpin oleh Presiden yang tidak mampu meninggalkan warisan etika, moral, dan spiritual berharga apapun bagi anak cucu Indonesia. Sebaliknya korupsi yang merajalela di mana-mana bak kangker menggerogoti sekujur tubuh. Terima kasih Tuhan!
Karena itu menyedihkan sekali tatkala melihat Prabowo begitu ngotot dan tak mau legowo mengakui Jokowi sebagai pilihan rakyat Indonesia sampai detik ini bahkan akan terus menuntut dan menuntut meskipun sejatinya sudah tidak ada jalan lagi. Keputusan MK sebentar lagi adalah bersifat final dan mengikat! Selayaknya Prabowo bangga sekali! Sebab orang yang pernah dipinangnya dan dihantarkannya menuju kursi Gubernur DKI Jakarta, kini dipercaya rakyat menjadi Presiden RI. Itulah keberhasilan sejati Prabowo yang jeli memilih seorang Jokowi sebagai pemimpin yang berkualitas handal. Tapi sayang sejuta sayang, Prabowo nampaknya tidak mampu melihatnya sebagai kesuksesannya. Ini sumbangsih besar dan hebat dari Prabowo yang pertama kali melihat ada potensi dan talenta pada diri Jokowi sebagai pemimpin bangsa. Sayang sekali ini terhalang dengan tidak hadirnya jiwa besar dan kesatria di dalam dadanya. Jauh dari sikap dan karakter negarawan sejati. Dan malah saat ini jutaan mata sedang menyaksikan peristiwa yang memilukan dan memalukan, di mana Prabowo, Hatta Rajasa, juga tokoh-tokoh senior seperti Akbar Tanjung, Amin Rais, Aburizal Bakrie, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, dan elite-elite partai politik pendukung kubu prahara terlihat dengan kasat mata oleh seluruh rakyat Indonesia, terkesan mendukung demonstrasi di depan gedung MK yang dilakukan oleh ribuan orang yang berasal dari berbagai daerah. Andaikatademonstrasi ini sampai merenggut nyawa, maka merekalah harus bertanggung jawab secara moral dan spiritual. Luntur sudah sifat kenegarawanan mereka. Yang tersisa, mungkin mereka sekarang ini dipandang oleh sebagian besar rakyat Indonesia yang cinta kedamaian sebagai sosok-sosok yang pongah yang tidak mencintai Indonesia menuju kejayaannya. Mungkin juga saat ini sebagian besar rakyat Indonesia memandang mereka itu tidak lagi menjadi teladan melainkan telah edan. Mungkin ini disebabkan oleh faktor post power syndrome, frustrasi. Mungkin tenaga dan pikiran masih besar tetapi sayang tenaga semakin berkurang, lemah, dan lunglai. Pasca pembacaan hasil putusan PHPU pukul 1400 WIB yang tinggal beberapa menit lagi oleh MK, saya kuatir ada yang terserang stroke atau sakit parah di kemudian hari karena memendam rasa sakit hati yang amat sangat mendalam.
Saya mengagumi seorang Jokowi sekaligus memberikan penghargaan atas jiwa dan sikap kenegarawanannya yang patut diapresiasi sangat tinggi. Ia memilih jalan rendah hati, tidak ambisius, memiliki self control yang unggul, spiritual yang baik, merakyat, tidak kasar, tidak garang, tidak sangar, dan tidak vulgar. Ia rela difitnah dan dicaci maki, tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan melainkan tetap tenang dan sabar. Saya berpikir, yang pantas melakukan demo besar-besaran justru Jokowi karena rakyat yang memilihnya jauh lebih banyak dari kubu prahara. Dan bisa dibayangkan kalau Jokowi memiliki sifat, sikap, dan karakter yang kekanak-kanakan, garang, dan jiwa pembunuh. Maka hari ini Jakarta akan berdarah-darah menjadi lautan darah. Puji Tuhan Yesus Kristus, Jokowi memang memiliki kepribadian yang sangat matang penuh kedewasaan. Jokowi pantas memimpin Indonesia. Jokowi pantas memimpin Indonesia bahkan sampai pada periode 2019-2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H