Mohon tunggu...
ETIKA REDHA RESTIANA
ETIKA REDHA RESTIANA Mohon Tunggu... Guru - GURU

SAYA MENYUKAI NILAI KEINDAHAN ALAM, BUMI DAN ISINYA. HOBI SAYA BERKEBUN DAN MENDENGARKAN MUSIK

Selanjutnya

Tutup

Horor

Mbok Tun

25 Januari 2024   12:01 Diperbarui: 25 Januari 2024   12:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Perkenalkan namaku adalah Rida, aku tinggal di sebuah desa yang tidak terkenal dimana tempat aku lahir . Aku baru saja menyelesaikan pendidikan S1 di kota. Aku bekerja sebagai guru honorer di sebuah sekolah kejuruan swasta dan membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di sekolah. Hari-hariku aku curahkan untuk pekerjaanku, mulai hari senin sampai minggu, mulai pagi sampai senja.

Didesaku ada seorang nenek yang sudah tua renta yang biasa aku panggil dengan sebutan Mbok Tun. Aku tidak tahu nama lengkapnya siapa, yang aku tahu Cuma nama Mbok Tun. Dia tinggal di sebuah bilik sederhana dan terbuat dari bambu. Bersama suaminya yang menjadi kembang bayang istilah orang jawa menyebut orang sakit dan sehari-harinya hanya di atas tempat tidur.  Tetapi Mbok Tun  tetap sabar menjalani kehidupan dan  mereka saling  hidup rukun, meskipun terkadang suaminya cerewet dengan omelanya. Keseharian mbok tun bekerja sebagai buruh tani, dia juga punya keahlian sebagai tukang pijit capek jika ada orang yang membutuhkan keahliannya.

Mbok Tun sangat baik dan perhatian padaku. Dia menganggap aku sebagai orang yang dia sayangi. Sering dia membawakan aku sayuran dan buah dari ladangnya hanya ingin melihat aku gembira. Suatu saat aku sedang sakit, sepertinya aku terkena flu. Aku terbaring dikamarku di temani sahabat setiaku bantal, guling dan radio stereo mini.  Badanku terasa demam dan persendianku sakit semua.  Tiba-tiba pintu kamarku tebuka perlahan-lahan dan dari balik  pintu muncul wajah wanita tua renta dengan suara lirih dia bertanya karena kawatir membuatku kaget. "nduk apa kamu sedang sakit?" Tanya Mbok Tun.  "kok Mbok tahu?" tanyaku. Lalu Mbok Tun menjawab " iya tadi Mbok Tanya ibumu karena Mbok tidak melihatmu didepan rumah beberapa hari ini."  Kemudian Mbok Tun duduk di sisi tempat tidurku dan memandangku dengan kasihan. " aku sedang demam Mbok" kataku dengan melas. Lalu Mbok Tun meraih kakiku dan memijit pelan-pelan, "kakimu keras dan badanmu terasa panas" kata Mbok Tun. "iya Mbok mungkin aku kecapean" jawabku. "Menjadi seorang Guru merupakan agunerah dari Tuhan, hanya orang-orang Dia percaya yang akan dia beri peran baik. Jadilah guru yang amanah ya nduk! Mbok tun akan selalu mendoakanmu agar hidupmu membawa berkah bagi orang banyak" nasihat Mbok Tun. Kami saling berbincang saat itu, wanita tua itu dimataku bagai guru dari guru, karena bisa menjadi guru dari guru.

        Jarum waktu bergulir, hari-hari saling berganti, aku sibuk dengan pekerjaanku di sekolah, saat ini aku lupa dengan wanita tua renta itu. Mbok Tun terjatuh sakit mungkin faktor karena usia dan kerasnya dia menjalani hidup. Mbok Tun sakit dan dirawat oleh sanak keluarganya yang tinggal di desa yang berbeda. Aku belum sempat menjenguk Mbok Tun, itu karena aku menunda-  nundanya.

 Sampai pada sutu saat aku pergi rekreasi bersama keluarga sekolah. Di dalam perjalanan hapeku berbunyi, aku baca pesan singkat dari adikku  bahwa mbok tun telah meninggal dunia. Berbagai perasaan sedih menghakimi aku di saat itu. Aku bersalah dan bodoh sekali. Tapi apa bisa ku perbuat, aku sedang jauh dari rumah. Ya Tuhan! Ampunilah aku, aku duduk lunglai dan ku panjatkan doa-doa untuk mbok tun seorang.

Tanpa terasa hari terus berjalan, aku saat ini di sibuakan dengan kegiatan akhir semester yang menguras banyak tenaga dan fikiran. Malam itu aku selesai mempersiapkan apa saja yang akan aku butuhkan di sekolah. Setelah beres semua aku merebahkan badanku yang rapuh di atas tempat tidurku. Aku terlalu lelah aku berfikir banyak dan seperti melayang-layang. Tiba-tiba sayup- sayup dari jauh aku mendengar suara berteriak-teriak memanggilku Rida...Rida...Rida...jangan lupa hari jumat kliwon tanggal 17 minggu depan datang kerumahku ya!....Rida jangan sampai lupa datang ya!" teriak suara yang sangat aku kenal. Lalu aku terbangun, " bukanya tadi suaranya Mbok Tun? Sepertinya aku tertidur tadi" gumanku. Masih sangat teringat jelas pesan dari Mbok Tun tadi.

            Aku masih menyimpan pesan Mbok Tun dalam memoriku, aku buatkan folder tersendiri. Aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri apa maksud dari mimpi tadi malam. Apakah itu suatu pesan atau hanya sensasi dari sebuah mimpi saja. Di suatu sore aku  sedang duduk santai di teras rumah, aku melihat seorang wanita paruh baya berjalan menjajakan dagangannya. " jemblem....jemblem...jemblem" teriak wanita itu. " Neng Ti! aku beli jemblem" teriaku. Jemblem adalah kudapan khas orang jawa yang terbuat dari singkong kukus yang di tumbuk dengan menggunakan alu saat singkong masih panas. Setelah menjadi halus, singkong yang ditumbuk tadi di bentuk bulat-bulat sebesar kepalan tangan lalu di isi dengan secuil gula merah. Terakhir bulatan jemblem tadi di goreng dalam minyak panas. Kebetulan Neng Ti ini adalah keponakan almarhum Mbok Tun, sekalian saja aku cerita tentang mimpiku beberapa hari lalu "apa benar Mbak Rida mimpi seperti itu? Neng Ti bertanya padaku. "iya benar Neng, memang  kenapa Neng?" tanyaku. Sebenarnya hari dan tanggal itu adalah peringatan 40 hari kematian Mbok Tun."  Jawabnya dengan lirih. Aku sangat terkejut mendengar jawaban singkat Neng Ti tadi. Oh Mbok Tun! Kau rupanya menyayangiku sebegitu jauh, bahkan  kau berada di alam yang berbeda kau masih merindukanku.

Hari itu telah tiba, aku datang ke rumah Neng Ti untuk mengatarkan kue untuk acara tahlilan memperingati 40 hari kematian Mbok Tun. Acaranya diadakan di rumah Neng Ti karena Mbok Tun tidak punya anak, sedangkan suaminya hanya terbaring  diranjang bambu. Setelah itu aku diantarkan suami Neng  Ti keperistirahatan terakhir mbok tun yang damai dan dipayungi pohon-pohon kamboja dan pohon kepuh yang teduh. Disini, disamping pusara Mbok Tun aku bersimpuh, tertunduk dan berdoa. Ya  Tuhanku...Ya Rabb...ampunilah dosa-dosa Mbok Tun dan terimalah amal ibadahnya. Berilah surgamu yang indah pada Mbok Tun. Tak terasa air mataku tergelincir berjatuhan, segera aku menguasapnya. Bunga-bunga kamboja berguguran di terpa angin, semilir membelai rambutku. Yah inilah mungkin ini yang di maksud kasih sayang tak terbatas ruang dan waktu. Selamat tinggal MBOK TUN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun