Seperti yang kita tahu, zakat merupakan bagian dari Rukun Islam, dimana rukun-rukun ini wajib kita penuhi sebagai umat muslim. Selama ini, mungkin kita tahu bahwa zakat memiliki tujuan untuk menyucikan harta, namun sebenarnya ada beberapa tujuan lain yang tak kalah pentingnya. Menunaikan zakat bukan hanya untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim saja, samun menunaikan zakat juga sebagai rasa syukur atas rezeki yang Allah berikan kepada kita. Kita memberikan sebagian dari harta kita kepada orang yang membutuhkan merupakan salah satu bentuk syukur atas rezeki yang telah diberikan, harta yang kita dapatkan bukan untuk disimpan sendiri, tetapi juga untuk dizakatkan. Lalu, apa kaitannya zakat dengan perekonomian? Di dalam Teori Ekonomi Makro Konvensional, tingkat konsumsi adalah salah satu faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Ketika konsumsi meningkat, maka kesejahteraan seseorang juga meningkat dan sebaliknya. Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam. Kembali ke pembahasan zakat, zakat akan sangat memiliki potensi untuk menyejahterakan perekonomian di Indonesia jika penduduk muslim di Indonesia paham akan pentingnya membayar zakat. Tak hanya penduduk muslim di Indonesia saja, namun lembaga penyalur zakat juga perlu mengedukasi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Muslim. Ketika seseorang membayar zakat, maka harta yang diberikan akan didistribusikan kepada mereka yang berhak menerimanya, seperti fakir, miskin, dan amil. Distribusi zakat ini memiliki dampak langsung terhadap konsumsi perekonomian. Bagaimana zakat mempengaruhi konsumsi? Dengan peningkatan daya beli. Penerima zakat (Mustahik), terutama mereka yang berada di kelompok ekonomi bawah, akan mengalami peningkatan daya beli. Dengan tambahan dana dari zakat, mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Peningkatan daya beli ini akan mendorong permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa, sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk pemberi zakat (Muzakki), ini sesuai dengan prinsip Ekonomi Islam yakni meningkatkan mashlahah. Dalam perspektif Islam, konsumsi tidak hanya dilihat sebagai tindakan individu, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang lebih luas. Prinsip konsumsi dalam Islam didasarkan pada konsep keadilan, moderasi, dan keberlanjutan. Konsumen muslim didorong untuk mengkonsumsi secara bijak, menghindari pemborosan, dan memperhatikan hak-hak orang lain. Memang benar jika kita mengeluarkan harta kita untuk berzakat berarti kita mengurangi konsumsi kita, namun dalam lingkup ekonomi besar atau agregat, kita dapat meningkatkan konsumsi orang lain. Kesimpulannya, apakah perekonomian akan meningkat jika dibantu dengan zakat? Jawabannya adalah mungkin, dengan catatan bahwa pengelolaan zakat dilakukan secara efektif dan efisien. Jika zakat dikelola dengan baik, maka dapat menjadi faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, jika pengelolaannya tidak tepat, maka manfaat zakat tidak akan optimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI