Banyak orang tua, bahkan di lingkungan pendidikan, merasa tidak nyaman ketika mendengar istilah "pendidikan seks", terutama jika ditujukan untuk anak kecil. Ketidaknyamanan ini berasal dari kesalahpahaman tentang makna pendidikan seks itu sendiri. Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan seks semata-mata tentang hubungan biologis antara lawan jenis.Â
Tentu saja, jika pendidikan seks ditafsirkan seperti ini, pendidikan seks tidak cocok untuk anak-anak. Namun, pendidikan seks untuk anak-anak adalah tentang membantu mereka memahami jenis kelamin mereka sendiri, mengajari mereka cara melindungi diri sendiri, dan yang terpenting bagaimana mereka bisa terbuka dan percaya diri menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya ketika memang ia dihadapi suatu hal yang tidak sepantasnya didapatkan.
Banyak sekali kasus yang terjadi karena minimnya pengetahuan tentang masalah seksual. Tidak hanya kehamilan tak diinginkan, bahkan banyak kasus sekaliber pembunuhan, ternyata berawal dari penyalahgunaan seks. Informasi mengenai seks dapat diberikan saat anak sudah mampu berkomunikasi secara dua arah. Orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang seks karena anak-anak mereka sering kali mengajukan pertanyaan tentang hal tersebut. - Mencari informasi tentang seks, selain untuk menjawab pertanyaan anak, juga untuk mendidik anak sehingga dia mengetahui informasi yang tepat dan berguna. Kurangnya pembekalan tentang seks membuat anak menjadi bingung dan bisa mencari informasi yang salah, sebab didapat dari narasumber yang tidak layak. Hasil akhirnya tentu tidak sesuai dengan harapan dan manfaat.
Meningkatnya kasus kekerasan seksual terhadap anak, bahkan pelakunya adalah anak di bawah umur, mencerminkan memudarnya semangat dan nilai-nilai budaya yang selama ini kita junjung tinggi. Mungkin ini akibat dari kegagalan kita sebagai orang tua dan pendidik untuk mengkomunikasikan informasi yang akurat tentang pendidikan seks yang tepat untuk anak-anak secara efektif. Akibatnya, anak-anak merasa perlu mencari informasi sendiri, seringkali dengan cara yang mereka anggap benar.Â
Misalnya, menyakiti lawan jenis sudah pasti salah. Mungkin karena rasa takut yang berlebihan, anak mungkin meningkat ke tindakan ekstrim dengan mengambil nyawa seseorang. Anak-anak yang haus akan informasi, dikombinasikan dengan pengaruh negatif, dapat menyebabkan tindakan kriminal seperti pelecehan seksual atau bahkan pembunuhan.
Pendidikan seksual untuk anak dapat dimulai dengan memperkenalkan konsep seks, bukan hubungan seks. Hal ini berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin biologis antara laki-laki dan perempuan, yang dapat dikenali lebih mudah oleh anak-anak ketika disebut sebagai putra dan putri. Pengajaran kepada anak harus dilakukan secara kolaboratif antara ayah, ibu, dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah untuk memastikan konsistensi dalam memberikan jawaban kepada anak. Pengajaran hendaklah menggunakan bahasa atau analogi yang mudah dipahami oleh kanak-kanak.
Dengan begitu, orang tua atau guru dapat mengajarkan pentingnya menjaga dan merawat anggota badannya tersebut. Selanjutnya orang tua atau guru juga dapat mengenalkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan melalui cara berpakaian. Selain itu, dapat dijelaskan peran masing-masing jenis kelamin, seperti ibu yang melahirkan dan ayah yang bekerja.Â
Anak-anak adalah peniru yang sangat baik. Ini sudah sering kita dengar, dan memang demikian adanya. Peniruan merupakan hal penting bagi perkembangan anak. Sebagai contoh, anak membutuhkan sosok teladan yang baik, terutama dari orang tua. Suri tauladan tetap menjadi yang utama, bagaimana penampilan ayah dan ibu merupakan potret terdekat anak untuk belajar. Teladan sebagai alat pendidikan merupakan alat yang paling efektif, terutama dalam pendidikan akhlak.
Pada dasarnya, mengajari anak tentang seks sama dengan memberi mereka 4.444 vaksinasi. Pengajaran ini merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh anak terhadap infeksi seksual yang tidak pantas. Anak-anak yang mendapat vaksinasi seksual lengkap diharapkan kebal dan memiliki tingkat pengendalian diri yang tinggi terhadap serangan virus-virus seksual yang jahat seperti pornografi, penyimpangan, dan pelecehan seksual. Agar nantinya tidak mudah tertular perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.Â
Pendidikan seks pada anak bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam langkah sejak dini. Mulailah dengan hal yang paling sederhana dan jadikan itu sebagai kebiasaan sehari-hari. Namun sebelum hal itu terjadi, orang tua perlu mempersiapkan diri, dengan kata lain harus menghilangkan terlebih dahulu segala perasaan tidak nyaman yang masih membekas di benaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H