Mohon tunggu...
Rizky Emirdhani Utama
Rizky Emirdhani Utama Mohon Tunggu... Politisi - Government Relations Specialist

Indonesia can't spell S_CCESS without "U"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konfigurasi Elit Partai Demokrat dengan Intervensi Merdeka Utara

13 April 2021   18:30 Diperbarui: 13 April 2021   18:29 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai politik pada negara demokrasi merupakan medium penting yang sekaligus mempunyai kesempatatan dalam melakukan gerakan atau upaya-upaya perubahan. Kekuatan politik dalam sebuah negara secara terorganisasi berada dalam naungan partai politik.  

Pada fenomena belakangan ini yang terjadi dalam internal Partai Demokrat memiliki pola serta keunikan yang berbeda dari fenomena yang pernah terjadi sebelumnya. 

Faktor pembeda yang hadir dalam dinamika kekuasaan internal yang memiliki tujuan kepada upaya melahirkan kepengurusan Partai Demokrat yang dualisme pada tingkatan nasional.


Konfigurasi elit yang terjadi pada internal Partai Demokrat yang menunjukan adanya suata fenomena baru pada faksionalisasi yang terlibat berbeda jika dibandinkan dengan fenomena-fenomena yang pernah terjadi pada partai politik lainnya. Faksionalisasi di tubuh Partai Demokrat menjadi pembahasan menarik di tengah public dikarenakan hadirnya aktor yang terlibat kali ini merupakan aktor yang lahir dari eksternal kepengurusan partai. Asumsi yang berkembang di wilayah publik menjadikan fenomena ini tidak hanya berhenti di dinamika organisasi internal saja, melainkan juga sampai kepada adanya asumsi terlibatnya pemerintah dalam dinamika saat ini.


Asumsi yang berkembang banyak difaktori oleh aktor yang hadir merupakan aktor di luar dari faksi-faksi yang ada pada internal partai atau bahkan bukan lah seorang yang pernah melewati proses rekrutmen politik seperti pada kader-kader / anggota partai lainnya. Faksi-faksi Partai Demokrat yang ada sebelumnya kehadiran aktor baru yang datang tidak dalam proses kaderisasi internal partai, melainkan merupakan figur eksternal partai atau terlahir di luar faksi-faksi yang pernah ada sebelumnya. Fenomena ini melahirkan asumsi pada khalayak umum yaitu adanya upaya polarisasi kekuasaan pemerintah dalam rangka melancarkan kepentingan politik skala nasional tahun 2024 mendatang.


Asumsi yang berkembang bukan tanpa substansi dan argument yang kuat, apabila dinamika elit partai politik yang terjadi sebelumnya banyak dilatarbelakangi oleh perbedaan keputusan politik partai pada kontes politik nasional, fenomena yang terjadi pada tubuh demokrat juga didasari oleh aktor yang hadir merupakan sosok penting pada lingkaran dalam istana negara Republik Indonesia yang dalam tulisan ini penulis sebut sebagai "MERDEKA UTARA".


Moeldoko yang merupakan Kepala Staf Kepresidena Republik Indonesia ini sebagai faktor kuat dari keterlibatan rezim atau pemerintah pada Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang terselenggara di Sumatera Utara. Selaint itu, asumsi hadirnya intervensi yang terjadi juga dikoridori oleh motivasi aktor dalam terjadinya kongres luar biasa yang mengarah kepada dualisme kepemimpinan Partai Demokrat. Dualisme kepemimpinan yang dalam hal ini mengarah kepada pelemahan Ketua Umum Partai Demokrat yang sah berdasarkan SK Kemenkumham. Proses Kongres Luar Biasa Sumatera Utara yang dinilai banyak melanggar aturan ini menjadi pendukung dari asumsi bahwa agenda Kongres Luar Biasa Parta Demokrat Sumatera Utara tidak hanya bermotifkan destruktif internal partai politik saja.


Upaya-upaya destruktif internal partai demokrat yang sebelumnya banyak terjadi pada 3 (tiga) faksi besar yang pernah ada, dalam hal ini yaitu Faksi Cikeas yang banyak berlatarbelakang Jenderal serta Purnawirawan, Faksi Marzuki Alie yang didominasi oleh kader-kader berlatar belakang tokoh agama religious, serta Faksi Anas Urbaningrum yang banyak diisi oleh mantan aktivis pergerakan-pergarakan organisasi mahasiswa serta organisasi islam. Kasus yang terjadi dalam Partai Demokrat ini memiliki keunikan sendiri yaitu upaya pelemahan rival politik.


Rival politik saat ini peneliti mengasumsikan hadirnya upaya politik adu domba dalam dinamika partai yang melibatkan aktor eksternal Partai yang memberikan intervensi dari luar struktur Partai. Hemat peneliti dalam hal ini adanya upaya-upaya atau agitasi politik yang didesain sedemikian rupa sampai terjadi kongres luar biasa Sumatera Utara lsilam. Upaya penghimpunan kekuatan ini turut menjadi faktor penguatan pada asumsi yang menuding bawah rezim juga mengambil peran dalam dinamika KLB Sumatera Utara Partai Demokrat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun