Mohon tunggu...
Reuben Samuel
Reuben Samuel Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya menulis artikel kapan-kapan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Keburukan Skema Kompetitif Online Video Game

27 April 2024   22:40 Diperbarui: 30 April 2024   12:42 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mental seorang pemain adalah untuk selalu fokus mencari menang, menang, dan kemenangan. Pada saat pikiran dan tujuan mereka itu saja, sekali mereka kalah akan muncul watak yang tidak diinginkan. Pemain-pemain ini biasanya melampiaskan kekalahan dengan aksi irasional karena terbawa emosi sedih dan amarah. 

Tingkat stres dan keagresifan meningkat, dan tekanan darah juga meningkat, menyebabkan tubuh dan otak merasa letih. Jika memburuk, keadaan psikologis pemain dapat terancam dengan depresi atau anxiety, dan kesehatan jasmani mereka seperti berat badan bisa naik turun dan tidak stabil.

Adiksi ini tidak sehat, dan jika tidak ditangani maka akan gawat. Di Indonesia terdapat 54,1% Remaja usia 15-18 tahun yang mengalami kecanduan game online. Mereka menggunakan waktu untuk bermain game online 2-10 jam per minggu (Gurusinga, 2020). Angka dan persentase ini akan selalu meningkat jika kita tidak mencegahnya.

Kita mengetahui masalah yang dialami. Kita juga mengetahui dampak psikologis dan jasmani yang juga berpotensi terjadi. Lalu, apa yang dapat kita lakukan sebagai konsumen untuk menghindari potensi pengaruh negatif ini? Untuk kali ini, saya dapat memberi dua jawaban. 

Jawaban pertama yaitu jawaban paling sederhana adalah untuk menyeimbangkan waktu bermain dan waktu bersosialisasi. Saat kita berada di luar dunia maya, kita berhadapan dengan realita dimana apa yang dilakukan mempunyai konsekuensi yang nyata juga. Di sisi lain, dunia maya lebih berekspresif, dan mempunyai pengawasan yang lebih kurang. Itulah mengapa sosialisasi hanya dalam internet adalah cara yang kurang ampuh dalam mengasah komunikasi hidup. 

Selain itu, dengan menyeimbangkan waktu, para pemain juga dapat istirahat sejenak agar permainan mereka tidak mulai bosan, dan tidak memakan amarah. Dengan begitu, pikiran dapat lebih jernih, kesehatan jasmani terjaga, dan kemampuan dalam hobi lain dapat dikembangkan.

Jawaban kedua ditawarkan kepada yang sudah mulai merasa adiksi. Ketika sudah adiksi, maka melepaskan adiksi tersebut susah. Jika sudah terlalu parah, maka baik jika mereka mencari bantuan profesional, menjalankan psikoterapi. Cara lain yang juga dapat membantu adalah untuk mengkonsultasikan kepada orang tua dan keluarga terlebih dahulu. Karena keluarga yang terdekat dengan mereka, maka solusi yang ditawarkan juga dapat menyesuaikan sehingga nyaman.

Menyimpulkan segalanya, video game kompetitif dapat kita mainkan asalkan mengetahui batasnya. Jangan sampai keterlaluan, sehingga beresiko merusak kesehatan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun