Hidupadalahanugerah, tetapiketikahiduptiba-tibamenghadapkanseorangwanitadengankenyataantertular HIV dari sang suami yang pernah selingkuh, apakahhidupmasihterasasebagaianugerah? Mampukahiaberdamaidengankenyataanhidup, ketika HIV AIDS bukanhanyamembunuhsuaminya, tetapijugamenyingkirkaniadanbayiperempuannyakedalampasungan stigma HIV positif?
[caption id="attachment_385227" align="alignleft" width="300" caption="Film Nada untuk Asa akan mulai ditayangkan 5 Februari 2015"][/caption]
Pergulatan Nada (Marsha Timothy) darikegetirankenyataanhidup yang datangmenohoknyasecaratiba-tiba, hinggamampumengambilpilihan “beraniuntukhidup”ditampilkandengan sangat menarik oleh sutradara Charles Gozali beserta pemain-pemain senior yang mendukung film ini.
Denganteknikberceritaflash back, kisahpergulatan Nada untukbangkitdiuntaikandengankisahAsa (AchaSeptriasa), putrinya,yang dalam usia dewasa masih terus bergumul dengan stigma HIV positifdalampekerjaandanpergaulannya.
Film layarlebar yang akandiputarkan di bioskopmulai 5 Februari2014 mendatangini, cukupmengadukemosipenonton yang datangmenontonpadaacaraperkenalan film di bioskop XXI EpicentrumpadahariSenin, 22 Desember 2014.
Film Nada untukAsadiangkatdarisebuahkisahnyata yang dijadikan novelolehItaSembiring.Pernah pula ditampilkan dalam bentuk Drama Musikal yang berjudul “Positif! Nada untukAsa” di Teater Jakarta, TIM, padabulan September 2014 lalu, kisah ini tampil berbeda dalam kemasan film.
Dalam film Nada untuk Asa, fokus utama tampil pada karaktermanusia, pergumulannyadalammenghadapimasalah, sertahubungannyadengan sesamamanusia.Bagaimanaketika virus HIV menghinggapikehidupan?Bagaimana tanggapan masyarakat hingga keluarga yang terdekat?
Tampiluntukkonsumsimasyarakatumumsecaraluas, nilai-nilai yang diangkatsangat universal.Kekuatan film iniditunjangolehkehadiran para aktordanaktris yang sudahmatangdalammengolahkarakter yang diperankannya.Ayah Nada, seorangmantan Hakim Agung, yang semulabanyakbicarakepadajurnalismuda, kehilangan suaranya dan memilihdiam, menjauhdariputrinya.Mathias Muchusmemerankantokohinidengansangatekspresif.Iamembiarkandualismeantarakecintaannyapadaanaknyadengantercabiknyahargadiridanmartabatnyaterselesaikandengansikapdiamnya.
Darius Sinathrya yang memerankantokohWisnu, priamuda yang jatuhcintakepada Nada, memberikanwarnatersendiri dan mampu menyegarkan film dengan membuatbanyakpenontonterharudalamsimpatimerekakepada cinta Wisnu untuk Asa.
Wulan Guritno dan Butet Kartaredjasa tampil singkat tapi melengkapi gaya teatrikal film ini. Sementara kehadiran Pongki Barata memberikan kesan santai khas anak muda, sehingga memberikan paduan yang menarik untuk remaja, dewasa, maupun orangtua yang menonton film ini.
Sutradara Charles Gozali, yang jugahadirdalampemutaran film perdanaini, menjelaskanbahwapersiapan film inisekitartigahinggaempatbulan. Menariksekalibahwadalamwaktu yang cukupsingkatitu, pemilihanpropertipenunjangcukupdiperhatikan, sehinggaalurkisah yang berganti-gantiantarakisahkinidariAsadankilasbalikkisah Nada tidakterasa mengganggu.Gaya pakaiandantelpongenggam yang berbedasesuaimasanya, merupakan bagian dari usaha untuk membedakan masa yang dikisahkan.
Film ini tampil ringan dan menghibur baik bagi remaja maupun bagi orang dewasa. Ringan dan menghibur bagi yang ingin sekedar menonton, tetapi penuh dengan refleksi mendalam bila ingin ditonton dalam kacamata yang lebih serius.
Secara umum film ini berhasil menyampaikan pesannya untuk memandang masalah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) sebagai masalah bersama. Dari sekedar kesadaran akan kehadiran ODHA dalam kehidupan, yang bisa saja tiba-tiba hadir di dalam kehidupan yang semula terlihat sangat ideal, sampai refleksi pribadi ketika membayangkan hal tersebut hadir di dalam keluarga kita. Penonton diajak menjadi bagian dari film, entah sebagai Nada, sebagai Asa, sebagai keluarga Nada dan Asa, sebagai Wisnu atau teman-teman Asa, atau bahkan hanya sebagai pejalan kaki di tepi jalan kehidupan orang ODHA. Refleksi bisa panjang melampaui yang dihadirkan film ini, tapi refleksi ini hanya bisa hadir, bila anda menonton film ini dan ikut masuk ke dalam kisahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H