Harian Kompas edisi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017, tampil beda. Rupanya ada kolaborasi "Kompas" dan desainer muda. Menarik melihat tampilan "gaul" Kompas kali ini. Tentunya ada yang saya suka, ada yang kurang masuk selera saya yang bukan golongan generasi milenial.
Beberapa tahun terakhir ini saya menemani murid-murid SMP dan SMA dalam memvisualisasikan majalah yang sesuai dengan selera mereka. Jadi, bisa saya bayangkan "bentrokan-bentrokan" yang terjadi di dalam persiapan penerbitan harian Kompas edisi Sumpah Pemuda ini.
Yang menarik, halaman pertama Klasika dan halaman 23 sampai halaman 26 yang tampil dengan majalah yang bermain dalam tampilan paragraf tulisannya tampil cantik dan menarik. Khas gaya muda yang tidak mau terkungkung dalam gaya konvensional dengan paragraf rata, lurus, terpasung kolom. Tentunya hal ini bisa ditampilkan dengan kelihaian menguasai komputer sebagai alat desain mereka.Â
Halaman Opini dicerahkan dengan gambar berwarna yang dengan kontras membandingkan generasi milenial dengan generasi pejuang kemerdekaan Indonesia. Perjuangan belum selesai, hanya saja cara berjuang bisa jadi berbeda. Begitu pesan yang saya tangkap.
Halaman 8 dan 9 merupakan kolaborasi yang sangat menawan buat saya yang masih angkatan senior bagi generasi milenial. Tapi pada halaman 10 saya sebenarnya mengharapkan desain yang lebih menarik.
Banyak halaman yang tampil lebih berwarna, tapi beberapa halaman justru menghilangkan ketajaman warna foto dengan tampilan warna sepia. Tampaknya trend retro dan vintage masih menjadi andalan generasi milenial saat ini.
Walau merasa kurang pas dengan tampilan foto yang kurang warna di halaman 28 dan 29, saya merasa tampilan halaman Sosok (16) serta halaman Nama & Peristiwa (32) sangat menarik dan mampu mengajak pembaca untuk lebih tertarik membacanya.
Pengalaman membaca harian Kompas hari ini sungguh menarik. Selamat bagi kolaborasi ini. Salut buat harian Kompas yang mau merangkul anak muda dan berusaha bertumbuh bersama. Semoga dengan komunikasi antara "Kompas" dan generasi milenial, antara "Kompas" dan pembacanya, bisa menjadikan Harian Kompas sebagai harian nasional dengan kematangan pengalaman tapi selalu tampil sesuai kebutuhan zaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H