Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semua Orang Bisa Jadi Sukarelawan dan Pemimpin

17 Januari 2015   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:59 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar nggak sih kalau semua orang bisa jadi surelawan dan pemimpin? Bisakah anak-anak tunagrahita menjadi sukarelawan? Menjadi pemimpin? Kalau menjadi sukarelawan saja orang mengernyitkan dahi, apalagi menjadi pemimpin...itu lebih sulit lagi! Tetapi ternyata kalau mau belajar, semua juga bisa menjadi sukarelawan dan pemimpin, lho!

Perkenalan tentang tugas sukarelawan oleh Kak Nana

Pada tanggal 20 – 21 Desember 2014, atlet-atlet tunagrahita yang bergabung dalam Special Olympics Indonesia (SOIna) mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Athlete Leadership Programs (ALPs) University yang diadakan di Universitas Tarumanagara (UNTAR). SOIna bekerjasama dengan Pusat Bimbingan dan Konsultasi Psikologi (PBKP) Universitas Tarumanagara mengadakan pelatihan kepemimpinan dasar ini agar atlet semakin terasah kemampuannya, sehingga mereka mampu menjadi sukarelawan SOIna, mampu menyampaikan pesan global Special Olympics, serta bisa ikut dalam kepengurusan organisasi.

Dari 50 atlet yang terpilih untuk mengikuti acara ini, tampak hadir sekitar 35 orang atlet. Mereka didampingi oleh sukarelawan mahasiswa UNTAR dalam berbagai kegiatan mereka selama dua hari tersebut. Sementara itu materi pembelajaran disampaikan oleh pelatih/instruktur dari SOIna Pusat, sukarelawan dari Toastmasters Indonesia, dan sukarelawan dari Palang Merah Indonesia (PMI).

Anastasia Retno Pujiastuti, atau lebih dikenal dengan panggilan Kak Nana, adalah Koordinator ALPs University yang membuka sesi di hari pertama dengan memperkenalkan arti kata relawan (dari kata sukarelawan).

14214047421237339611
14214047421237339611
Mempelajari arti sikap tubuh bersama sukarelawan Toastmasters Indonesia (foto: Retty)

Yang mengikuti kegiatan ALPs ini adalah atlet SOIna yang sudah cukup dewasa, dan cukup aktif dalam kegiatan SOIna. “Relawan itu bekerja tanpa mendapat uang,” demikian kak Nana menerangkan. “Relawan itu harus jujur,” timpal salah seorang atlit. Rupanya kejujuran merupakan hal yang tertanam mendalam di dalam ingatan atlet-atlet SOIna ini. Hampir di setiap kesempatan kriteria jujur selalu menjadi kata favorit mereka.

Menjadi sukarelawan itu ternyata tidak sekedar bekerja tanpa mendapat uang. Tetapi juga belajar memahami orang yang dibantu, belajar bekerja sama, dan paling penting…walau tanpa pamrih, tetapi tetap dilakukan dengan hati gembira.

14214051231542905820
14214051231542905820

Di hari pertama, ada juga sesi pembelajaran Teknologi Informasi, serta pelatihan untuk menjadi asisten pelatih.

Sementara itu di hari kedua, mereka belajar dari sukarelawan yang berlatar belakang Toastmaster Indonesia untuk menyampaikan pendapat, presentasi, dan berdisuksi. Sementara untuk kesehatan tubuh, mereka mempelajarinya dari teman-teman sukarelawan PMI.

Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk mempersiapkan mereka sebagai calon-calon sukarelawan yang akan ikut serta mensosialisasikan kegiatan Special Olympics Indonesia ke teman-teman lain di sekolah-sekolah, maupun ke masyarakat.

1421405235535465513
1421405235535465513
Belajar tentang kebersihan mulut bersama sukarelawan PMI (foto:Retty)

Ketua Umum SOIna, dr. Pudji Hastuti, MSc.PH, menyatakan perlunya atlet-atlet SOIna dilatih keberanian untuk tampil dan menunjukkan bakat mereka. Setiap negara yang menjadi anggota Special Olympics International harus melibatkan atlet sebagai pengurus.

Rektor UNTAR, Prof. Rusdiman Sugiyarso, M. Sc, Ph.D. mengakui bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan untuk tunagrahita, karena itu ia berjanji akan terus meneruskan membantu kegiatan ALPs University.

1421405864593279595
1421405864593279595
Sukarelawan dari Universitas Tarumanagara membantu di kelas IT (foto: Retty)

Kriteria Pemimpin di Mata Anak Tunagrahita

Apa sih, kriteria pemimpin di mata anak-anak tunagrahita? Ternyata, dalam pandangan mereka seorang pemimpin itu harus tegas, jujur, berani, ramah pada masyarakat, sopan dan tidak boleh sombong.

Mereka tampak berusaha sungguh-sungguh untuk bisa membantu pelatih dalam sesi menjadi asisten pelatih. Dan walaupun malu-malu, mereka berusaha untuk bisa tampil dan menyampaikan pendapat maupun pengalaman mereka.

Yang menarik adalah sesi diskusi. Sebagai calon pemimpin, mereka harus belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain. Dengan memegang tongkat bintang, mereka meminta waktu untuk berbicara. Ada yang sangat mendominasi, ada yang walaupun ditanya sangat sulit mengutarakan keinginannya.Tapi, mereka cukup taat untuk menantikan tongkat bintang sebelum menyatakan pendapatnya.

1421405297188329173
1421405297188329173
Yang angkat bintang berhak bicara, yang lain mendengarkan (foto: Retty)

Pada sesi diskusi, atlet-atlet ini belajar menjadi bagian dari pengurus SOIna. Dikatakan bahwa SOIna akan mengadakan acara internasional, dan mereka boleh mengundang banyak tamuistimewa.

Sejak hari pertama terlihat bahwa mereka sangat mengidolakan sosok Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla sebagai sosok pemimpin. Tidak heran kalau untuk pembukaan acara, hampir semua kelompok memilih Jokowi atau Jusuf Kalla sebagai salah satu tamu istimewa untuk pembukaan. Nama lainnya seperti Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono juga muncul di antara nama-nama yang ingin mereka undang. Sementara itu, untuk mengisi acara mereka memiliki sangat banyak variasi undangan band dan penyanyi.

Tiba-tiba, di tengah sesi, ada pengumuman bahwa Kak Nana (mentor SOIna) mendapat kabar bahwa dana undangan terbatas, sehingga hanya boleh mengundang satu orang. Siapa yang akan mereka undang?

Hampir semua anggota kelompok memberikan nama undangan dan alasan mereka untuk mengundang orang atau kelompok tersebut. Satu kelompok menarik perhatian saya. Mereka awalnya sangat yakin mengundang Jokowi dan Jusuf Kalla. Begitu harus dikerucutkan, salah satu anggota kelompok mengatakan, “Kalau tidak datang, bagaimana?” Yang lain menimpali, “Ya, jauh lho…nanti ga bisa datang.”Teman lainnya mengatakan, “Ya, sibuk…sayang lho, undangannya hanya boleh satu…”

Saya hanya tersenyum mendengar celotehan mereka, sama seperti ketika mereka mau mengundang Band Wali atau Pasha Ungu karena sudah jarang mereka lihat di televisi.

1421406530777106561
1421406530777106561
Suasana diskusi kelompok besar (Foto: Retty)

Entah bagaimana alur diskusinya. Ketika sudah tiba waktunya untuk diskusi pleno, juru bicara (jubir) setiap kelompok mengutarakan undangan kelompoknya. Ada satu kelompok yang akan mengundang Chris John untuk melakukan pembukaan acara, tetapi yang lain memberikan usulan penyanyi dan band.

Tiba-tiba, dari arah belakang, dari arah kelompok yang sempat saya amati tadi ada sedikit kegaduhan. “Boleh diganti, gak? Tadi salah…” Rupanya tadi ada kesalahan dari jubir ketika memberikan jawaban kelompok. Akhirnya, nama Presiden dan Wakil Presiden masuk nominasi undangan juga.

Kemampuan memikirkan Plan A dan Plan B tampaknya cukup menarik karena datang dari anak-anak tunagrahita. Setelah acara, saya sempat bertanya pada Kak Nana, apakah mereka pernah mengundang Presiden dan tidak jadi hadir. Rupanya dalam perayaan Hari Disabilitas Internasional di Jawa Tengah, mereka menantikan kedatangan Presiden Jokowi dan beliau tidak dapat hadir.

14214055651354716966
14214055651354716966
Siap menjalankan tugas sebagai sukarelawan dan pengurus organisasi (foto: Retty)

Walaupun sudah berusia remaja (Sekolah Menengah Atas), kepolosan anak-anak ini sangat terasa. Besarnya harapan mereka kepada pemimpin bangsa juga tersampaikan melalui kekaguman mereka kepada tokoh-tokoh pemimpin bangsa. Luapan kegirangan mereka ketika dinyatakan lulus menyelesaikan pelatihan ALPs University sempat membuat Kak Nana dan beberapa sukarelawan menghapuskan air mata bahagia. Semoga mereka bisa sungguh-sungguh melaksanakan tugas mereka sebagai sukarelawan dan pemimpin dengan baik!


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun