Mohon tunggu...
Nursuhadi  Bodong Widyasuhadi
Nursuhadi Bodong Widyasuhadi Mohon Tunggu... lainnya -

...Kalah Pilurdes Desa Sriharjo yang ke-3 tahun 2013....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saliwang

9 April 2010   13:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak pernah menyangka dan tak pernah membayangkan kalau suatu saat nanti disekeliling kita orang-orang yang mempunyai gangguan pendengaran, bisa dibayangkan seperti apa dan suasananya! kadang lucu, kadang menjengkelkan bahkan menyedihkan.

Apabila menghadapi hal tersebut, diperlukan kesabaran dan ketekunan untuk berulangkali menjelaskan dan dari menjelaskan tadi resikonya tidak seperti yang diharapkan. Karena namanya juga gangguan pendengaran, terganggulah.

Kalau yang mengalami itu teman kerja, atau tidak selalu berhadapan dengan penderita itu tentu tak bermasalah. Permasalahanya sekarang adalah apabila penderita gangguan pendengaran itu adalah orang kunci dalam rumah tangga, sabar.....sabar..... itu yang dapat dilakukan.

Apa hanya sabar? jawabanya tentu tidak. Dapat kita berikan alat bantu dengar, kalau kondisi memungkinkan. Seandainya kondisinya tidak memungkinkan apa yang harus dilakukan? Usahakan berbicara dengan berhadapan! kalau tidak mau repot tentu dengan tulisan.

Tetapi yang perlu dijelaskan juga adalah tentunya penderita mau menyadari kekuranganya, kalau penderita menyadari betul tentu bisa dimaklumi. Yang jadi masalah juga adalah penderita biasanya  sensitip sekali, dan dari sensitifitasnya itu kadang membuat kita serba salah. Biasanya penderita gangguan ini kalau kita bicara pelan jelas tidak dengar, apalagi tidak memungkinkan untuk bicara face to face kita berbicara agak keras, kita bicara keras ini biasanya penerimaan penderita adalah kita seperti marah.

Selanjutnya dengan bahasa isyarat! tapi biasanya kalau kita sehari-hari bersama, dia merasa terhina dan cacat. Itu yang terpikirkan, padahal kita tak sejauh itu, kita hanya memikirkan komunikasi berjalan lancar. Itu saja, tetapi kenyataanya memang berbeda dengan teori.

Seperti......... contoh, nih!

"Bisa memahami tulisan saya ini?"

"Wah, kelihatanya perlu diperbaiki sana-sini! kesanya muter-muter dan akan kemana!"

Huuuuh......dasar saliwang. Kami tertawa bersama, tetapi tertawa menurut pemahaman sendiri-sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun