Sudah sering kita lihat, setiap ada perselisihan dengan negara Malaysia, yang pertama dirugikan adalah TKI karena dampaknya mereka akan diusir oleh negara tersebut. Tentunya dengan berbagai alasan, yang ilegal lah, yang melanggar hukum lah dan sebagainya.
Jadi sudah seperti strateginya Malaysia ingin memulangkan TKI tanpa memenuhi kuajibanya, dengan membuat trik berselisih dan itu memang tak disangka oleh kita. Kalau tak percaya lihat saja hasil dari perundingan Indonesia dan Malaysia nanti, pasti dan dipastikan akan berdamai. Tetapi setelah jumlah TKI di negara Malaysia itu telah berkurang jumlahnya. Sebelum TKI yang dideportasi sesuai target, perundingan akan diundur-undurkan, seolah perundingan itu alot dan tak ada jalan keluarnya.
Kepiawaian itu juga arsiteknya orang Indonesia yang dimanfaatkan oleh negara tersebut, maksudnya untuk meraup devisa yang besar dari Negara Indonesia dari sektor lain. Dengan cara yang seperti itu maka Malaysia seolah adalah negara yang mempunyai aturan ketat, sebetulnya tidak seketat yang dibayangkan, misalnya ya, maslah TKI tersebut. Seandainya ada koordinasi dari pemerintah dalam mengelola para TKI ini, tentunya tidak akan terjadi.
Tetapi kalau dicermati agen dari para TKI itu orang indonesia sendiri yang entah disadari atau tidak dimanfaatkan oleh malaysia ketika kekurangan tenaga kerja, maka warga indonesia di iming-iming dengan gaji tinggi agar mau bekerja dinegera malaysia tersebut. Setelah di malaysia akan dibuat agar mereka terjebak dalam masalah dan dikatakan illegal atau pendatang haram.
Hebatkan malaysia, kita saja yang mau dibodohi. Ndak usah perundingan mbok perang saja, coba sedikit merubah peribahasa, anjing menggonggong kafilah berlalu menjadi anjing menggonggong kafilah ikut menggonggong membalas gonggongan itu. Artinya ketika menggertak perang.....ladeni saja perang, saya yakin mereka adalah bangsa penakut, bangsa yang takut perang. Malaysia hanyalah negara penggertak saja, mereka berani menggertak karena mereka tahu kita tak bakal menggertak balik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H