[caption id="attachment_147035" align="alignleft" width="358" caption="Subagyo"][/caption] Beberapa warga Pedukuhan Jati Sriharjo Imogiri Bantul Yogyakarta, sekarang menanggapi dengan sikap dingin rencana Pemerintah Desa Sriharjo melalui tim Tujuh pedukuhan Jati untuk menggelar pemilu yang sempat 'ditunda" oleh Pak Lurah beberapa hari yang lalu, guna memilih seorang wakil warga Pedukuhan Jati untuk menduduki jabatan sebagai Badan Perwakilan Desa Sriharjo. Coblosan yang rencananya dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2011 yang lalu, sempat ditunda karena alasan yang tak jelas, penundaan yang akhirnya menimbulkan isu miring terhadap kredibilitas kepemimpinan Lurah Desa Sriharjo ini dinilai warga Pedukuhan Jati sebagai suatu penodaan terhadap nilai demokrasi yang sudah ditegakan setiap ada pemilu, baik pemilu untuk tingkat paling rendah yaitu pilihan Ketua RT atau pilihan Ketua Pemuda. Yang menarik, dalam pemilihan anggota BPD dipedukuhan Jati yang hanyalah setingkat Desa Sriharjo melibatkan salah satu figur pejabat Dewan ditingkat Kabupaten dan orang kepercayaan dari Pusat. Sayangnya kehadiran beliau-beliau ini sangat menodai Demokrasi yang telah berjalan, hanya ketakutan seorang kandidatnya bakal terkalahkan oleh kandidat pilihan rakyat. Persatuan warga pedukuhan jati yang sudah diketahui peta Politiknya oleh kedua beliau ini, maka dengan berbagai cara harus digagalkan, dan trik yang digunakan sangat mirip dengan trik salah satu Partai Besar di di Indonesia. Dengan harapan kandidatnya bakal memenangi pemilu BPD kali ini. Warga sebenarnya sudah menyadari, bahwa cara-cara untuk pemenangan suatu calon adalah hal yang sudah lumrah, hanya saja warga pedukuhan Jati tidak menginginkan adanya Nepotisme dalam Kepemimpinan Desa Sriharjo, karena adanya Nepotisme ditakutkan akan ada Kolusi sehingga akan membuka peluang akan menciptakan Korupsi di Wilayah Desa Sriharjo yang semakin hari semakin tertinggal jauh dengan wilayah lain di Kecamatan Imogiri. Adanya penundaan yang dilakukan sepihak Oleh Elite nomer Satu Desa sriharjo ini, menurut pak Konyol, 47 tahun, warga Jati menurutnya adalah satu bentuk kegagalan kepemimpinan yang diciptakan dengan Uang. Sekarang pak Konyol hanya dapat berguman, " Lurahku Sakit...!" Dalam pemahaman tanda petik "Sakit" adalah "Penggambaran suatu bentuk ketidak mampuan sosok seorang Lurah Desa Sriharjo memimpin dan membuat keputusan yang bermanfaat bagi warga Sriharjo."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H