Mohon tunggu...
Humaniora

Alun-alun Kota Sebagai Ruang Publik Bersama

30 September 2015   10:14 Diperbarui: 30 September 2015   18:50 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wonosobo, sebuah kota kecil dengan hawa dingin di Jawa Tengah. Memiliki berbagai objek wisata yang pasti akan membuat ketagihan. Namun, kata orang, berkunjung ke Kota Wonosobo tak akan lengkap rasanya bila belum singgah ke alun-alunnya. dengan nuansa yang hmm.....  Semua pasti akan sepakat berkata YA!

Selain tempat publik itu bersifat gratisan, bagi masyarkat Wonosobo sendiri, laun-alun kota seakan menjadi tempat mutlak berkumpulnya wong Wonosobo. mulai dari anak kecil sampai orang tua, apalagi para muda-mudinya.

Selain memiliki tempat  yang rindang (dikelilingi oleh pohon beringin), kita akan menemukan berbagai hal menarik di sana. Tak heran jika alun-alun Wonosobo tersebut mampu menyabet gelar alun-alun terbaik di Jawa Tengah. Wuiih....

Setelah  kebakaran yang merenggut alun-alun Wonosobo pada tahun 2004 silam, alun-alun Wonosobo kemudian hadir kembali dengan wajah baru berkat kerja keras berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap alun-alun tersebut.

Disini, saya akan menggambarkan bahwa kita sedang berjalan dari arah barat. Alun-alun sebelah utara.

Hal pertama yang akan kita jumpai adalah sebuah paseban kulon (barat) berbentuk joglo, yang biasanya tempat itu digunakan untuk pentas seni. Di samping kirinya, terdapat sebuah lapangan basket, terus ke kiri terdapat lapangan voli, terus ke kiri lagi, akan ada lapangan upacara yang letaknya lurus dengan Pendopo kabupaten. Tak ketinggalan, di jalan setapak yang berada di pinggir alun-alun, kita bisa menikmati teduhnya pohon-pohon beringin yang berjajar rapi. Juga terdapat sebuah majalah dinding karya para anggota FKJW (Forum Komunikasi Jurnalistik Wonosobo). 

Sebelum kita melangkah ke sebelah timur alun-alun, kita akan bertemu dengan paseban wetan (timur), dengan fungsi dan desain bangunan yang sama dengan paseban kulon. seperti halnya alun-alun sebelah utara, alun-alun sebelah timur ini juga dilindungi oleh pohon beringin yang berbais rapi dengan taman-taman kecil di sekitarnya. Alun-alun sebelah timur ini berhadapan dengan Gedung Adipura, tempat yang biasa digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti; pameran barang, pernikahan, workshop, dan lain-lain.

Di ujung selatan (sebelah timur) mata kita kan menangkap sebuah taman dengan kran air siap minum di pelatarannya. Taman  tersebut belum lama dibangun di atas sebidang tanah yang dulu diberi nama pasar ikan. Setelah pasar ikan direlokasi ke pasar hewan Sumberan (menurut keterangan yang saya dapat, adanya pasar ikan di sana cukup mengganggu karena bau amis yang tersebar dan kondisi yang kurang terjaga), kemudian dibangunlah Taman Prajuritan tersebut. Dan jadilah wajah baru yang cantik tersebut tanpa ada pihak yang dirugikan.

Jika di sebelah utara kita menemukan paseban, di sebelah selatan kita akan menemukan sebuah bangku berbentuk melingkar seperti bulan sabit yang menghadap ke tengah lapangan. Bangku tersebut terletak di sebelah selatan (pojok timur), dan bangku itu berada di sudutnya. Di depan bangku tersebut juga terdapat air mancur dengan desain yang unik.

 

Satu deret alun-alun sebelah selatan ini biasanya yang paling rame. Selain berhadapan langsung dengan sebuah PUJASERA, para pengunjung juga bisa menikmati jaringan Wi-fi gratis yang dipancarkan oleh gedung-gedung di sebelah selatan alun-alun.

Berjalan terus ke arah barat, masih dalam naungan beringin-beringin raksasa, ketika kita berdiri di tengah-tengah antara barat dan timur (alum-alun sebelah selatan), kita akan menemukan sebuah jalan setapak dengan beberapa bangku-bangku bundar yang terbuat dari semen yang ditata dengan apik, dimana setapak tersebut berujung pada sebuah beringin kurung dengan lampu-lampu taman di sekelilingnya. Jika kita menengok ke sebelah kiri, kita akan menemukan sebuah videotron di seberang jalan. Maju sedikit, kita akan bertemu (kembali) dengan sebuah papan mading yang (lagi-lagi) karya para anggota FKJW.

 

Di ujung barat, kita akan menemukan kembali sebuah bangku berbentuk melingkar seperti bulan sabit dan air mancur di depannya. Hanya saja, di sebelah kiri terdapat tulisan besar berbunyi "WONOSOBO ASRI" yang berada di komplek Taman Kartini di seberang jalan yang saat ini masih dalam proses pemugaran. Di depan Taman Kartini itu sendiri terdapat lahan yang (sepertinya) akan dijadikan taman juga, sampai saat ini belum ada yang mengetahui karena pembangunan belum selesai. Setiap hari, alun-alun Wonosobo tak pernah sepi. Keberadaannya yang mempesona mampu menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik domestik maupun asing. 

Ketika pagi hari, alun-alun akan disibukkan dengan orang-orang yang berolahraga, baik orang tua atau anak-anak sekolah yang sengaja datang bersama gurunya. Menjelang siang, akan terlihat orang-orang yang sedang duduk-duduk santai atau dengan keperluan lain. Ketika hari merambah sore, maka alun-alun akan terlihat semakin ramai. Tak hanya warga lokal, wisatawan asing maupun domestik juga ada.

lain hari, lain pula suasananya. Jika hari senin-sabtu hal-hal seperti di atas yang akan Anda jumpai, maka untuk hari minggu adalah pengecualian. Orang-orang biasa menyebutnya SUNDAY MORNING, atau yang berarti minggu pagi. Menurut saya, istilah tersebut didapat sejak sering diadakannya festival band indie yang bertempat di alun-alun sebelah utara, berdekatan dengan paseban.

Lain hari, lain pula suasananya. Jika hari senin sampai sabtu hal-hal tersebut yang ditemui, maka untuk hari minggu adalah pengecualian. Orang-orang biasa menyebutnya SUNDAY MORNING, atau yang berarti minggu pagi. Menurut saya, istilah tersebut didapat sejak sering diadakannya festival band indie yang bertempat di alun-alun sebelah utara, berdekatan dengan paseban wetan. Meskipun festival band tersebut sudah cukup lama tidak diadakan lagi.

Cobalah sesekali mampir ke alun-alun Wonosobo pada minggu pagi. Di sana Anda akan disuguhi dengan 'PASAR KAGET' yang hanya ada ketika minggu pagi atau ketika ada even yang bersifat umum di alun-alun dan gedung Adipura. Mulai dari berbagai makanan siap saji sampai kebutuhan sandang maupun mainan anak, juga penyewaan sependa onthel tersedia di sana.

 

Belakangan, diketahui bahwa telah dilakukan penataan ulang tata letak para pedagang yang dulu terkesan tidak rapi, sehingga mengganggu para pengunjung yang ber-olahraga. Para pedagang kini hanya diperbolehkan menggelar dagangannya di setapak ruas luar, sedangkan setapak ruas dalam digunakan untuk para pengunjung yang berjogging ria atau jalan-jalan santai. Untuk pedagang makanan yang menggunakan gerobak, hanya diperbolehkan memarkir gerobaknya dengan rapi di badan jalan sebelah utara dan selatan agar tidak mengganggu laju lalu lintas kendaraan. Di lapangan sepak bola terdapat atlet-atlet muda dari salah satu klub sepakbola ternama di kota Wonosobo. Tak luput juga anak-anak kecil yang bermain-main, berlarian kian kemari menggiring bola atau saling menggoda. Di bawah pohon-pohon pun biasanya berbagai anak-anak dari berbagai komunitas berkumpul.

Betapa indahnya alun-alun kota Wonosobo tercinta. 

Hanya saja, tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan kurangnya kesadaran pengunjung dalam membuang sampah di tempat publik serta kurangnya keikutsertaan pemerintah Wonosobo pada khususnya dan (sepertinya) kota-kota lain juga pada umumnya. memang sudah bukan rahasia lagi jika sudah menjadi budaya bahwa membuang sampah sembarangan seakan hal yang (katanya) biasa. Padahal, hal ersebut sangat mengganggu kenyamanan dan kondusifitas ruang publik itu sendiri.

Sepertinya bukan hal yang lucu jika dalam jangka waktu tertentu,  kedepannya akan jarang atau bahkan tak ada lagi wisatawan baik domestik maupun asing enggan singgah kembali ke ruang publik (tempat wisata umum) yang gratisan tersebut. Meskipun tempatnya  indah, rindang, sejuk, gratis atau apapun itu namanya, seseorang tak akan pernah merasa tertarik untuk tinggal sebentar saja. 

 

Memang benar, setelah adanya acara (minggu pagi atau yang lainnya) di Wonosobo dan kota-kota lain (dengan agenda acara masing-masing kota), umumnya akan ada pihak dari DPU yang membersihkan sampah-sampah yang berserakan (di Wonosobo ada). Namun, saya kira alangkah SANGAT baiknnya, jika kita, sebagai warga negara yang (katanya) baik untuk menjaga kebersihan ruang publik kita sendiri. Dan untuk pihak pemerintah, alangkah bijaknya jika mengadakan sosialisasi dan pengawasan yang lebih ketat atau mungkin bisa diberikan sanksi tersendiri bagi para pembuang sampah sembarang. Sehingga Wonosobo (pada khususnya) bisa menjadi kota ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah) seutuhnya dan mampu menyabet gelar kota adipura selamanya. Bukankah jika tempat wisata (terlebih yang gratis lagi indah) seperti alun-alun Wonosobo tersebut, jika dapat terjaga kondusifitas dan kualitasnya, berarti secara tidak langsung akan mengundang minat wisatawan baik asing maupun domestik yang pasti juga berpengaruh baik bagi ekonomi masyarakat. 

 

Tak perlulah alasan tak ada tempat sampah, sepanjang jalan setapak di alun-alun penuh dengan tempat sampah kok. Kalaupun sedang berada di tengah lapangan, apa salahnya berjalan sebentar. Tak akan kelelahan, sebab alun-alun Wonosobo tak seluas alun-alun lain. Atau kalau enggan, simpanlah sampah (sisa makanan, plastik, puntung rokok, atau apapun itu) di kantong, saku, tas atau apapun itu. Kalau masih enggan juga? Telan sajalah sampah itu. Beres kan? Tak perlu repot-repot mencari tempat sampah atau menyimpannya. Fleksibel sekali bukan?

 

Ingat! Ruang publik adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah untuk digunakan dan dinikmati masyarakat secara CUMA-CUMA. Sudah diberi hiburan gratis,  masih mau minta dibuangkan sampahnya? Apakah tidak malu? 

 

Sebenarnya masih ada satu hal lagi yang mengganjal di hati saya tentang ‘ruang publik yang nyaman’. Yaitu tentang ruang bebas rokok yang sepertinya masih sangat jarang kita temui di Indonesia tercinta ini. Mengingat tempat publik adalah tempat untuk kenyamanan bersama (terlebih fungsi sebenarnya alun-alun yang identik dengan arena olahraga), sepertinya diadakannya area bebas rokok mampu meningkatkan tingkat kenyamanan bersama karena udara adalah milik semua orang. Perokok berhak menghembuskan asapnya dimanapun mereka berada, tapi para perokok pasif juga memiliki hak untuk menghirup udara bersih. Sehingga menurut saya pribadi, diadakannya area merokok dan area bebas rokok akan sangat membantu. Kecuali jika perokok bersedia menelan habis seluruh asap rokoknya.

 

Dan yang penting, pastisipasi kita, para warga negara yang (katanya) baik ini untuk menjaga dan menghargai alam yang telah dianugerahkan oleh yang Maha Kuasa, adalah segalanya.

 

Salam Hari Habitat Dunia 2015 untuk Indonesia lebih baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun