Mohon tunggu...
Retno Si Bongil
Retno Si Bongil Mohon Tunggu... Guru - guru koplak

sepenggal cerita kan ku jadikan sebuah kisah dalam khayal ku :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untitled

14 Juni 2012   17:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selembut awan putih malam ini, sebening bintang berkelip dilangit, seharum wangi rerumputan yang tertiup angin juga sedingin tubuh yang kaku pada titik ini. Penuh harap, penuh cemas dan telah lama aku menanti mu hadir kembali didepan mata ku. Agar aku bisa melihat, menatap kemudian perlahan aku menyentuh mu meski hanya seujung jemari ku saja. Ingin ku berteriak agar lepas sudah semua rasa yang menyiksa batin ku ini. Dan bila mungkin, agar ia pun tahu betapa aku merindunya. Denting jarum jam kian menari dikepala ku berikut serta bayangan indah saat kita bersama. Serasa tak ingin beranjak dari lamunan ku namun lelehan air ini telah membasahi pipiku. Hanya berteman sepi, didalam kamar ini aku merunduk dan meminta pada Tuhan agar sampaikan rindu ku padanya. Sambil menggenggam erat sejuta asa kulanjutkan untuk menuliskan seluruh rasa yang hanya ditujukan untuknya.

‘Kau hanya satu orang lelaki dari berjuta-juta lelaki yang ada dimuka bumi ini. Namun hanya kau yang bisa meruntuhkan hatiku untuk jatuh kedalam jurang hati terdalam perasaan seorang manusia. Yang tak mungkin lagi untuk memungkiri apa yang sedang dirasakan dan yang sedang terjadi. Yang sanggup berlelah untuk menunjukkan begitu dalam perasaan itu padanya seseorang. Yang tak ingin melihat ia yang terkasih terluka, kecewa apalagi sampai menangis. Yang rela menanti demi untuk bertemu sesaat saja bahkan tak tersadar rela menanti bertahun lamanya demi keyakinan yang dimiliki. Kau mungkin telah buat ku jadi gila namun ku tetap buta tentang mu. Dan selalu saja ada secercah harapan untuk kau dan aku menyatu meski jalan ini panjang dan dipenuhi kerikil tajam. Ku ingin kita selalu bersama menjadi teman dan sahabat hidup selamanya, itu katamu.’

With love,

retno

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun