Akuntansi tidak lagi hanya tentang angka; ia telah berkembang menjadi disiplin yang mencakup dimensi sosial dan perilaku manusia. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, akuntansi sosial dan akuntansi keperilakuan menjadi sorotan utama, karena keduanya membawa perspektif baru yang mampu menjawab tantangan global yang dihadapi oleh organisasi dan masyarakat.
Akuntansi Sosial: Menghubungkan Organisasi dengan Komunitas
Akuntansi sosial berfokus pada tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Menurut Gray et al. (1996), akuntansi sosial adalah "proses komunikasi dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas ekonomi sebuah organisasi kepada kelompok kepentingan tertentu dan masyarakat secara luas." Tidak hanya mencatat transaksi keuangan, akuntansi sosial juga mengukur dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas bisnis. Hal ini mencakup isu-isu seperti keberlanjutan, etika bisnis, dan kontribusi sosial.
Contohnya, perusahaan yang aktif dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) akan mencatat pengeluaran untuk proyek-proyek sosial seperti pendidikan, kesehatan, atau pelestarian lingkungan. Data ini kemudian dilaporkan dalam bentuk laporan keberlanjutan yang memberikan transparansi kepada para pemangku kepentingan.
Akuntansi sosial membantu perusahaan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan komunitasnya. Hal ini juga mendorong akuntabilitas dan mencegah praktik bisnis yang merugikan masyarakat. Dengan demikian, akuntansi sosial menjadi alat strategis untuk menciptakan nilai jangka panjang, baik bagi organisasi maupun komunitas tempat mereka beroperasi.
Akuntansi Keperilakuan: Memahami Manusia di Balik Angka
Sementara itu, akuntansi keperilakuan membawa kita lebih dekat pada pemahaman tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan informasi akuntansi. Menurut Argyris (1952), sistem akuntansi dapat memengaruhi perilaku individu dalam organisasi, termasuk motivasi dan pengambilan keputusan. Disiplin ini mengkaji bagaimana faktor psikologis dan sosial memengaruhi pengambilan keputusan, baik oleh manajer, investor, maupun karyawan.
Sebagai contoh, seorang manajer mungkin mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan, tetapi bias kognitif seperti overconfidence atau anchoring bisa memengaruhi keputusannya. Akuntansi keperilakuan membantu mengidentifikasi dan mengatasi bias ini melalui pelatihan atau desain sistem informasi yang lebih baik.
Di sisi lain, akuntansi keperilakuan juga melihat bagaimana sistem akuntansi memengaruhi perilaku individu. Sistem insentif, misalnya, dapat mendorong karyawan untuk mencapai target tertentu, tetapi jika dirancang tanpa mempertimbangkan faktor etis, hal ini dapat menyebabkan manipulasi data atau perilaku tidak etis lainnya.
Sinergi Antara Akuntansi Sosial dan Keperilakuan