Wanita tua yang lebih dari dewasa
Berpunggung bungkuk menggendong bakul
Raut mukanya tergurat larik- larik kehidupan
Bercerita tentang kerasnya hidup
Yang tak mudah meraup rupiah di pinggiran besi tua: rel kereta
Urat- uratnya yang terlihat jelas
Mengutarakan kerja kerasnya yang tak habis dibakar usia
Kulitnya yang mulai melegam
Memamerkan kemenangan atas terpaan raja siang
Puluhan tahun bersahabat dengan selembar kain penggendong yang lusuh
Juga berteman akrab dengan dengan caci maki petugas stasiun
“Matur nuwun, Gusti Pangeran”
Kalimat yang tak pernah abstain dari mulutnya
Atas beberapa bungkusan yang ia racikkan
Dan kembali menyusuri pinggiran stasiun
Dengan semangat teriakan “Lempeng gapit, Pecel Madiun!”
Decak kagum untuk semangat yang enggan pensiun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H