Pada suatu ketika digelarlah pesta besar di suatu wilayah di daerah Eropa Barat. Semua orang diundang, diperbolehkan hadir, tidak peduli status sosial, jabatan, ataupun pendidikan. Mungkin di Indonesia disebut pesta rakyat, dimana para rakyat penduduk wilayah setempat juga ikut ambil bagian dalam pengadaan makanan dan pertunjukan.
Ntah bagaimana mereka mempersiapkan, akhirnya datang lah waktu yang ditunggu-tunggu. Berbagai macam cake dan anggur serta minuman non alkohol pun tersedia di berbagai stand. Mulai dari makanan tradisional sampai makanan yang sudah menginternasional bahkan tersedia.
Bagaimana layaknya sebuah pesta, semua tamu datang dengan menggunakan pakaian yang cantik dan mempesona. Hanya sebagian kalangan menengah kebawah yang mengenakan baju seadanya. Di dalam pesta itu juga terbagi menjadi beberapa kelompok. Kaum menengah keatas membentuk kelompoknya sendiri, begitu pun dengan kaum menengah kebawah, serta seniman.
Mereka bernyanyi, dambil menari, tertawa dan bersenda gurau sambil makan dan minum. Tiba-tiba datanglah seseorang ke tengah pesta itu dengan pakaian yang sangat sederhana. Dia pun mencuri perhatian sebagian besar dari para undangan itu. Tapi tidak ada yang menyambut dia, mempersilahkan dia atau bahkan menawarinya makanan serta minuman. Dengan hati kecewa pulanglah orang itu. Dia merasa tidak diterima di kalangan masyarakat itu.
Dia pulang kerumah dan melepas pakaiannya. Dia lalu berganti dan mengenakan sebuah mantel yang disebut PELS, mantel tersebut terbuat dari bulu binatang, misalnya beruang. Mantel itu adalah yang paling hangat dan paling mahal. Dia kemudian datang lagi ke pesta itu. Baru sampai diujung jalan, orang-orang itu sudah menyambutnya, mempersilahkan dia masuk, menawarinya tempat dan makanan serta minuman. Tetapi orang itu hanya tersenyum dan memberikan makanan serta minuman itu ke mantelnya.
Semua undangan yang ada di pesta itu terkejut dan bertanya kenapa orang ini bertingkah aneh. Dan orang ini menjawab :,,Saya tadi sudah ada di pesata ini tanpa mantel ini, tidak ada seorangpun yang memperlakukan saya seperti ini, mempersilahkan saya masuk, memberikan saya tempat serta kue dan anggur ini. Tetapi ketika saya datang dengan mantel ini, perlakuan orang terhadap saya pun berubah. Jadi saya pikir semua ini bukan untuk saya tetapi untuk mantel saya ini.’’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H