Sobat Kompasiana, selalu ada hal yang istimewa dari Yogyakarta. Mulai dari budaya, kebijakan lokal, pariwisata, filosofi tata kotanya, sampai dengan makanannya.
Tidak hanya gudeg dan bakpia yang terkenal sebagai makanan khas Yogyakarta, beragam hidangan lainnya pun ada di Yogyakarta.Â
Yogyakarta menjadi salah satu pusat gastronomi di Indonesia. Sebelum menyelami gastronomi Yogyakarta, alangkah baiknya yuk kita pahami dulu dan telisik bersama tentang gastronomi.Â
Kuliner vs Gastronomi
Istilah kuliner untuk sajian makanan atau minuman olahan dari berbagai daerah nampaknya lebih familiar dari gastronomi. Lalu apa bedanya kuliner dan gastronomi?
Gastronomi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu "gaster" dan "nomos" (Winarno, 2017 dalam buku Gastronomi Molekuler). Gaster berarti perut, sedangkan nomos berarti suatu hukum yang mengatur, sehingga gastronomi dapat diartikan sebagai seni atau hukum yang mengatur perut.
Menurut  pakar gastronomi bernama Fossali dalam sumber yang dilansir quipper.com menjelaskan perbedaannya bahwa gastronomi adalah ilmu mengenai keterkaitan antara makanan dan minuman dengan budayanya sebagai produk budaya, sedangkan kuliner lebih berfokus pada produk makanan atau minumannya, mulai dari proses pembuatan hingga estetikanya.Â
Sedangkan menurut Ayu Nurwitasari, dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, gastronomi atau tata boga adalah seni, atau ilmu makanan yang baik (good eating). Kajian ilmu gastronomi mencakup 4 elemen penting yaitu sejarah, budaya, lansekap geografis dan metode memasaknya.Â
Melalui makanan, biasanya kita dapat lebih mengenal budaya setempat asal makanan itu. Â Mengapa? Â karena makanan itu sendiri berasal dari perkembangan masyarakat tertentu berdasarkan kondisi lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan tingkat pendidikan.Â
Makanan dapat memberikan gambaran terkait proses kreatif dalam penciptaan, pembuatan dan menikmati makanan sebagai seni dan potensi budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat.