Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Frugal Living dan Gaya Hidup Minimalis: Cukup Sulit Dijalani tetapi Kenapa Tidak Dicoba?

9 Agustus 2023   16:15 Diperbarui: 10 Agustus 2023   08:08 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: djkn.kemenkeu.go.id

Sobat Kompasiana, saat ini sedang viral didengung-dengungkan gaya hidup frugal living atau dengan kata lain hidup sederhana dan hemat sesuai kebutuhan. Fenomena ini nampaknya untuk menentang gaya hidup flexing (pamer kekayaan). Konsep ini mengandung pengertian kemampuan untuk dapat mengalokasikan budget yang dimiliki dengan penuh pertimbangan, penuh kesadaran (mindful), dan analisis sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan semata (tidak konsumtif).

Sepertinya cukup sulit dijalani ya Sobat Kompasiana. Namun ada hal yang perlu dipahami terkait frugal living ini bahwa kita tidak harus terus pelit untuk mengeluarkan uang atau sampai kebutuhan dasar tidak terpenuhi. Menurut Ibun Enok, dalam frugal living menekankan apakah kita membeli sesuatu benar-benar sesuai dengan kebutuhan tanpa mengabaikan kesejahteraan psikologis atau kebahagiaan diri sendiri maupun keluarga. Atau dengan kata lain hidup cukup tetapi tidak berlebihan. Misalnya sesekali dalam seminggu atau sebulan bisa makan di luar atau piknik, asalkan tidak terlalu sering. Sesekali mengeluarkan dana untuk hobi positif tidak masalah.Apabila ingin sesuatu, misal baju, tas dan sepatu baru, perlu dipertimbangkan lagi apakah memang benar-benar butuh, kalau yang lama masih ada kenapa tidak dipakai. Jangan sekedar memenuhi keinginan, tren gaya hidup dan menjadi konsumtif (istilah kekinian Diderot effect). Lebih baik dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih penting.

Cara hidup frugal living sulit dilakukan apabila pengaruh lingkungan di sekitar kita sangat kuat, baik lingkungan keluarga, pertemanan maupun masyarakat. Apalagi untuk wanita seperti Ibun Enok ini, pengaruh teman pergaulan dalam intensi membeli sesuatu biasanya sangat kuat. Keinginan untuk membeli sesuatu barang yang bermerk dari testimoni atau rekomendasi teman misalnya. Dalam hal ini, kita kembalikan lagi ke diri sendiri, apakah kita mudah terpengaruh ataukah cukup gigih melawan pengaruh-pengaruh teman tersebut. Kuncinya hanya tidak perlu gengsi. Tidak dapat dipungkiri kalau semakin seseorang pendapatannya naik, biasanya diikuti kenaikan gaya hidup.

Frugal living ini sebenarnya hampir mirip dengan gaya hidup minimalis ala orang Jepang yang baik juga untuk dicontoh. Prinsip gaya hidup minimalis yang dipegang teguh oleh orang Jepang ini antara lain : tidak memiliki pakaian yang berlebihan, tidak  memiliki banyak peralatan rumah tangga, menggunakan kasur lipat (futon), menabung, dan mengurangi pengeluaran berbelanja hal yang tidak penting. Ibun Enok membuktikan sendiri ketika di Jepang melihat orang Jepang pakaiannya tidak terlalu berlebihan, rumah-rumah dengan arsitektur minimalis, ruangan rumah yang tidak banyak perabot,  menggunakan kasur futon, memilih mobil-mobil kecil yang tidak kelihatan mewah (tidak  seperti di negara kita yang justru ingin punya mobil mewah), kemana-mana memilih berjalan kaki, bersepeda atau naik kendaraan umum.

Frugal living dan gaya hidup minimalis dapat bermanfaat terutama apabila kita mempunyai kebutuhan penting di masa depan namun membutuhkan dana yang cukup besar, misalnya pendidikan anak,  rumah, haji /umroh, kendaraan. Kita bisa mulai menata budget keuangan dengan alokasi-alokasi yang tepat sesuai kebutuhan, mulai menyisihkan uang atau menabung, tanpa harus berhutang.Cara menabung pun bermacam-macam, ada yang memilih menabung dengan tabungan rencana di bank, menabung emas, arisan, investasi dan sebagainya. Manfaat lain yaitu mencontohkan anak untuk hidup sederhana, di masyarakat pun akan dianggap  sederhana, tidak terlihat bergaya hidup berlebihan.

Nah, Sobat Kompasiana cukup menarik bukan? Kenapa tidak dari sekarang kita mulai mencoba menerapkan gaya hidup frugal living dan gaya hidup minimalis ini untuk mewujudkan masa depan kita. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun