Sobat Kompasiana, beberapa waktu yang lalu beredar surat edaran dari pemerintah yang menginfokan kalau TPA (Tempat Pembuangan Akhir ) Regional Piyungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditutup sementara waktu dari tanggal 23 Juli sampai dengan 5 September 2023 karena kondisinya yang sudah overload. Hal ini tentunya akan berdampak pada keterlambatan pengambilan sampah.
Permasalahan sampah ini hampir di berbagai daerah menjadi permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan. Nampaknya belum ada upaya efektif untuk mengatasinya. Meskipun sebenarnya pemerintah sudah membangun beberapa TPS 3R (Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) di beberapa wilayah dan adanya aplikasi-aplikasi penjemputan sampah (misalnya Rapel), namun nampaknya animo masyarakat masih sangat rendah dan terkendala di SDM yang mau bergerak di bidang pengolahan sampah.Â
Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari kota sampai ke desa-desa. Ibun Enok sendiri baru tahu kalau di Provinsi DIY ada 64 TPS3R menurut data yang dilansir situs  jogja.tribunnews.com.  Ibun Enok hanya mengetahui keberadaan bank sampah yang berada di Desa Sukunan di Sleman yang dijadikan desa wisata lingkungan atau Desa Penglipuran di Bali yang terkenal akan kebersihannya.Â
Selain itu, nampaknya belum ada kerja sama optimal dengan perusahaan-perusahaan swasta melalui CSR-nya untuk mengatasi permasalahan sampah ini. Karena dalam pengelolaan sampah ini perlu ada kolaborasi banyak pihak, seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, dan pengusaha. Tiap daerah dapat mengambil pembelajaran dari daerah lain yang sudah baik dalam pengelolaan sampah, seperti Surabaya, Banyumas, Bangli, Balikpapan, dan Banyuwangi.
Dengan adanya penutupan sementara TPA, tidak perlu khawatir mommy, kita sebagai ibu rumah tangga dapat ikut berperan aktif untuk mengurangi penumpukan sampah dengan memulai dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Berikut langkah-langkah mengelola sampah rumah tangga dengan menerapkan prinsip 3R Â (Reduce, Reuse, Recycle) yang dapat dilakukan.
1. Memilah sampah sesuai jenisnyaÂ
Mommy dapat mulai memilah-milah sampah organik dan anorganik. Sisa minyak goreng atau disebut minyak jelantah yang termasuk sampah organik sebaiknya dipisah karena minyak dapat mencemari tanah. Biasanya ada pengepul minyak sampah yang akan mengolah menjadi sabun. Sampah anorganik pun dapat dipilah-pilah lagi menjadi sampah kertas, kaca, besi, plastik, kaleng, dan styrofoam.
2. Menggunakan kembali sampah anorganik
Sampah anorganik biasanya laku untuk dijual di bank sampah atau TPS 3R. Apabila terjadi penurunan harga akibat suplai yang menumpuk dari jenis sampah anorganik ini maka upayakan pemakaian kembali (reuse dan recycle). Misalnya botol plastik dan kemasan dapat dipakai kembali seperti untuk pot tanaman, alat permainan edukatif (APE), hiasan bunga, lampion dan sebagainya. Sedapat mungkin hindari sampah dengan cara membatasi pemakaian barang sekali pakai. Mommy dapat berbelanja produk lokal di pasar atau warung tradisional dengan membawa kantong belanja dan wadah sendiri yang ramah lingkungan. Biasanya beberapa supermarket menyediakan atau tas bahan spunbond yang biasanya didapat dari membeli baju atau sepatu. Jangan lupa galakkan juga pertanian organik di lingkungan rumah (urban farming) dengan memanfaatkan pot-pot dari sampah anorganik tadi.