Sobat Kompasiana, ibu bekerja yang memiliki peran ganda yaitu bekerja dan mengurusi keluarga (urusan domestik rumah tangga) dapat mengalami kesulitan untuk membagi peran antara pekerjaan dengan peran dalam keluarga.Â
Problem yang dihadapi baik dalam lingkungan kerja maupun keluarga dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental yang mengkhawatirkan misalnya kecemasan, kelelahan, stres bahkan dapat mengalami depresi. Hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk melaksanakan berbagai peran.Â
Oleh karena itu, ibu bekerja termasuk dalam kelompok rentan mengalami penurunan kesehatan mental. Ibun Enok sendiri terkadang merasakan peningkatan stress ketika dihadapkan pada kelelahan bekerja dan mengurusi rumah tangga.
Kesehatan mental ibu dinilai sangat penting dalam menjaga ketahanan atau istilah populernya resiliensi keluarga. Hal tersebut dikarenakan ibu pada umumnya memiliki tugas dalam pengasuhan, tumbuh kembang anak, dan perannya dalam menjalankan tugas rumah tangga sehari-hari. Namun, kesehatan mental ini terkadang menjadi hal yang masih sering diabaikan, baik oleh pasangan, keluarga, lingkungan, dan bahkan oleh ibu itu sendiri.Â
Peranan seorang ibu terutama ibu bekerja dengan peran ganda menjadi penuh dengan tantangan. Sebab selain mengurus pekerjaan rumah tangga, mereka juga harus mengasuh dan mendampingi anak dalam mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.
Kondisi ibu bekerja yang memiliki peran ganda sebagai ibu bekerja dan ibu rumah tangga akan lebih rentan menghadapi tekanan atau istilah psikologinya mengalami parental burnout.Â
Parental burnout dapat menyebabkan kondisi kesehatan mental ibu menurun dan mempengaruhi dalam pengasuhan dan tumbuh kembang anak. Parental burnout merupakan kondisi orang tua yang mengalami peningkatan kelelahan fisik dan psikis dalam pengasuhan anak, sehingga menimbulkan emosi negatif berlebihan.Â
Beberapa faktor risiko bagi ibu bekerja yang dapat semakin meningkatkan kondisi parental burn out diantaranya rendahnya dukungan sosial yang diterima dari teman maupun keluarga (support system) dan kurangnya waktu luang dari ibu bekerja. Apabila ibu bekerja tidak dapat mengelola emosi negatif seperti stres dan kelelahan dengan baik, maka akan mempengaruhi kondisi psikis serta kesejahteraan pada anak-anaknya.Â
Untuk mencapai ketahanan keluarga apabila muncul dampak parental burnout, dibutuhkan keterampilan pada keluarga untuk menghadapi parental burnout, yaitu fleksibilitas psikologis. Ibu bekerja sebaiknya memiliki fleksibilitas dalam menghadapi berbagai kondisi pemicu stress, baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga.Â
Tentunya ini tidak mudah, namun ibu bekerja dapat berlatih untuk mencari strategi menghadapi masalah secara efektif, maupun mencari aktivitas-aktivitas yang dapat membantu setidaknya menurunkan tingkat stress. Misalnya dengan melakukan aktivitas yang menjadi hobi, travelling dengan keluarga, atau minimal meluangkan sedikit waktu untuk quality time bersama dengan keluarga, tidak harus yang berbiaya.