Sobat Kompasiana, kali ini Ibun Enok ingin membahas tentang kuliner. Mengingat beberapa waktu yang lalu umat Muslim merayakan Idul Adha, tentunya tak lepas dari konsumsi daging kambing. Namun, jangan khawatir mommy, kalau tidak sempat memasak bisa membeli olahan daging kambing, seperti sate, tongseng, gulai, tengkleng dan sebagainya. Ibun Enok paling suka masakan tengkleng karena berkuah segar dan tidak bersantan. Tengkleng  umumnya berisi tulang dan jeroan kambing muda. Tengkleng dimasak dengan bumbu-bumbu rempah khas, sehingga aroma dan cita rasanya kuat membuat kuliner ini tetap menjadi favorit.
Tengkleng dikenal sebagai makanan khas Jogja dan Solo, dua kota yang terkenal dengan kulinernya. Namun tengkleng Jogja dan Solo agak berbeda. Menurut Ibun Enok, tengkleng Jogja biasanya lebih kental dan pekat kuahnya daripada tengkleng Solo. Tengkleng Solo disajikan dengan cabe rawit utuh untuk menambah cita rasa pedas. Rasanya tidak jauh beda keduanya, tergantung selera.
Di kota Yogyakarta sendiri banyak sekali rumah makan olahan kambing yang menawarkan masakan tengkleng. Kalau di dekat rumah Ibun Enok lebih banyak tengkleng yang khas Yogyakarta. Suatu saat Ibun Enok mencoba tengkleng khas Solo yang ada di kota Yogyakarta yaitu tengkleng Bhenjoyo yang salah satunya ada di daerah Mantrijeron.
Ketika merasakan Tengkleng Bhenjoyo, Ibun Enok serasa bernostalgia dengan tengkleng Solo yang ada di daerah Pasar Klewer maupun Pak Manto yang terkenal enaknya. Tengkleng Bhenjoyo ini hanya buka di malam hari karena berada di pinggir jalan raya. Harganya pun terjangkau, mulai dari 17 ribu per ikat tulangnya. Setelah konsumen memilih ikatan tulang atau daging, kemudian penjualnya akan meracik dengan bumbu  baru disajikan panas-panas dengan nasi. Bagaimana sobat kompasiana, apakah tertarik juga untuk mencoba kenikmatan tengkleng?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H