Badai ini rasanya sangat kencang sekali, remuk aku dihantamnya, aku butuh tempat mengadu.
Aku takut, tapi aku bergerak
Aku tak tahu, tapi aku mau belajar
Aku banyak salah, tapi aku tak gampang untuk menyerah
Aku mengusahakan banyak hal ditengah kekhawatiranku tentang bagaimana hasilnya nanti.
Aku masi ingat betapa menyakitkannya pagi itu, betapa lelahnya mata menangis. Aku masi ingat gemetarnya seluruh tubuhku, gimana aku hampir kehabisan nafas saat menangis dan gimana aku berusaha menghentikan suara yang aku buat . Aku tak akan pernah lupa betapa sulitnya hari itu bagiku.
Mungkin di hari-hari setelah ibu tiada aku menemukan diriku yang paling hancur tapi sekaligus diriku yang paling kuat. Dari banyaknya rasa sakit, aku belajar untuk bangkit dan dari banyaknya kehilangan, aku tetap memilih untuk bertahan.
Barangkali kuat ku ini menurun dari darahnya, semoga aku sungguh-sungguh tak gampang menyerah, meski berkali-kali hidup membuatku kalah.
Terbenturku hari itu, membuatku terbentuk hari ini.
"Panjang usia, bu, di alam sana. Meski telah lama habis jatahmu di alam sini"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H