Ramadhan bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selama bulan suci ini, umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, menahan diri dari rasa haus, rasa lapar, dan perilaku yang tidak pantas. Namun, ketika seorang individu menjadi mahasiswa, ditengah tuntutan akademis yang meningkat, kehidupan sosial yang berubah, dan kemandirian yang tumbuh, ini bisa menjadi tantangan tambahan dalam menjaga semangat Ramadhan, terutama bagi individu yang beranjak menjadi mahasiswa.
Salah satu hal yang hilang saat Ramadhan bagi seorang mahasiswa adalah kesederhanaan dan ketulusan ibadah. Di masa remaja, Ramadhan mungkin diisi dengan semangat yang berkobar, dan diwarnai dengan kegiatan yang bersifat rutin dan bermakna. Namun ketika memasuki lingkungan baru menjadi mahasiswa, banyak yang merasa kehilangan keselarasan yang pernah mereka rasakan.
Kehilangan ini juga mencakup kebersamaan dari keluarga dan lingkungan yang mendukung, mahasiswa mungkin kehilangan rasa kebersamaan dan dukungan yang biasa mereka rasakan ketika di rumah. Ini dapat menyebabkan rasa terisolasi dan kesulitan dalam mempertahankan semangat berpuasa dan beribadah.
Selain itu, kehilangan waktu dan energi juga menjadi faktor bagi mahasiswa. Tuntutan akademis yang padat seringkali menjadi halangan untuk praktik keagamaan selama Ramadhan. Jadwal yang padat, ujian, tugas-tugas dapat membuat waktu dan energi terbatas untuk beribadah dengan khusyuk. Sehingga, banyak mahasiswa yang merasa bahwa mereka hanya melalui gerakan mekanis dari satu kegiatan ibadah tanpa benar-benar merasakan kedalaman makna Ramadhan.
Namun demikian, penting bagi mahasiswa untuk menyadari bahwa Ramadhan bukan hanya tentang menjalankan ibadah, tetapi juga tentang introspeksi dan kedekatan dengan Allah SWT. Mencari lingkungan yang mendukung, mengatur waktu dengan bijak, dan menjaga komunikasi dengan keluarga dapat membantu mengembalikan Ramadhan yang hilang di masa mahasiswa.
Dalam menghadapi tatangan ini, mahasiswa diuji untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan memperkuat ketulusan dalam ibadah. Dengan kesadaran akan kehilangan dan upaya untuk mengatasi sesuatu dengan bijak, mahasiswa dapat menjadikan Ramadhan sebagai waktu yang bermakna, meskipun ditengah kesibukan dan tantangan kehidupan perkuliahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H