Sore itu kunyit sedang menikmati waktu luangnya. Rasa rindu menyelimuti hatinya rindu ibunya dahulu. Capek hati membuat ia gusar karena setiap hari ia hanya menanti waktu eksekuis untuk mati. Tiba-tiba jahe yang ada di sebelah kunyit berkata
“ kunyit..........? sedang apa?”
“iya jahe.... tidak sedang apa-apa”
“ kok kamu sedih?”
“ aku takut?”
“takut apa?.”
Kunyit diam saja,hanya memandang cobek yang tergeletak di atas meja dapur. Jahepun mengerti ketakutan si kunyit. Tersenyum. Kemudian berkata lagi si kunyit
“ Tubuh kita akan disiksa,dihancurkan,dipotong-potong,dipanaskan dan dibuang percuma... apakah itu tidak menakutkan bagimu,jahe...?”?”
“ entahlah,aku belum pernah mengalaminya”jawab jahe sambil menyembunyikan ketakutannya.
Kunyit dan jahe sama sama terdiam untuk beberapa saat. Tiba tiba jahepun berkata
“ hallo.... putri Kunyit yang cantik,,,,, maukah kau mendengarkan pelajaranku hari ini?”
“eh,sejak kapan kau sekolah,emang ada sekolah di bangun khusus jahe-jahe?” ledek kunyit balik ke arah jahe....
“ ah, manusia yang sekolah pun kadang tak bisa memnyimpulkan apa maksudnya.”
Sang putri kunyit terdiam... kemudian jahe pun berkata
“kamu tidak sendiri ,nyit,jangan takut,kalau kita selalu bersama semua akan tampak indah”
Putri kunyit tetap terdiam.... entah apa yang dipikrkan.
Si jahe tersenyum,tiba-tiba dia ingat si rebung....
“hm... nyit,maukah kau kuajak melihat keadaan pangeran bambu?”
“ada apa tiba tiba kau ingin mengunjugi bambu,apakah ada sesuatu yang teradi padanya?”
“tidak,,, justru aku ingin menunjukkan sesuatu padamu nyit.....”
“ayo,kita kunjungi bambu”
Mereka berjalan beriringan mengunjungi sahabat mereka,tak lama kemudian mereka pun sampai di kebun bambu. Tapi tak seketika itu mereka mendekati bambu,ketika itu ada seorang gadis bergaun merah cantik dengan membawa pisau dan keranjang,sambil bersenandung lagu “ kasih ibu,,,, kepada beta tak terhingga sepanjang masa.... hanya memberi,tak harap kembali... bagai sang surya,menyinari dunia.......” gadis itu mengitari bambu,kemudian memilih-milih si bayi bambu dengan pisaunya. Pangeran bambutersenyum,melambai-lambaikan daunnya.
Sang putri kunyit merinding melihat pemandangan tersebut,hingga menutup kedua bola matanya. Ia memeluk jahe sekuat jari-jarinya. Jahe hanya tersenyum,mengelus kunyit.
“sabar nyit....... itulah hidup,kita tidak boleh mengeluh. Kita diciptakan untuk memberikan manfaat bagi makhluk lain”
“ayo kita pulang ..... “ ajak Sang putri kepada jahe.
Mereka berjalan lagi,beriringan,dalam hati kunyit ia berjanji,akan mensyukuri setiap kehidupan yang telah Tuhan brikan. Tiba -tiba bau busuk menyengat di hidungnya, si Putri Kunyit menghentikan langkah nya. “ bau apakah ini ? busuk sekali ?” ternyata mereka melewati tempat pembuangan sampah. Ada diantaranya cabe yang sudah membusuk,dan beberapa kawan lainnya.
“ mereka membusuk sia-sia tanpa guna. Membusuk sebelum dia di parut,sebelum dipanggang dan dicincang? Akihrnya di situlah tempat mereka. Kita ini makluk yang berguna,di surgalah tempat kita nantinya,bukan di sampah” jawab jahe kepada kunyit.
Putri kunyit terdiam lagi,termenung ,kemudian menatap jahe....
Trimakasih saudaraku,trimakasih atas pelajaran hari ini. Tersenyum manis sekali. Semanis gula.....
Oh... iyah,apa kabarnya si tebu,sudah lama Putri tidak bertemu denganya. Tiba-tiba rasa rindu menyelimuti hati Sang Putri Kunyit.
“ jahe, kita pergi ke istana tebu,yuk?”
“ oh.... besok saja Tuan Putri,hamba harus sekolah hari ini,” jawab kunyit sambil tertawa.
Tak mau kalah,Putri kunyit pun memukulkan kedua tangannya di bahu Jahe. Jahe berlari,kunyit mengejar. Jadilah hari itu mereka berkejar-kejaran sambil tertawa berbaha-bahak lupakan smua yang mereka bicarakan tadi.
Hari pun berganti,akhirnya tibalah saat jahe dan kunyit bertemu untuk mengunjungi istana tebu. Istana tebu tampak indah. Ketika memasukinya,ada seekor belalang sedang melintas. Beberapa ciplukan sedang berbahagia karena sedng berbuah. Tebu dengan gembira menyambut jahe dan kunyit. Dan memersilahkan berjalan –jalan sepuasnya. Ketika melintas,putri melihat beberapa tebu yang hanya tinggal beberapa cm saja.
“oh,itu teman kami baru saja di potong,”
“lalu kemana potongan tubuhnya? “ tanya kunyit penasaran.
“ dikirim ke tempat semsetinya. Untuk dijadikan gula.”
“bagaimana caranya ?” kunyit semakin penasaran
“diikat,diangkut,berdesakan,kemudian digiling tentunya”
“apakah itu tidak sakit?
“tentu saja sakit nyit...... tapi itulah cara kami menjadi sempurna”
Kunyit jadi teringat pangeran bambu yang tersenyum saat bayinya diambil gadis yang bernyanyi kemarin.
Setelah lelah berjalan-jalan melihat-lihat istana tebu,kunyit dan jahe pun beristirahat di samping ciplukan. Daun-daun ciplukan yang rindang mampu memayungi jahe dan kunyit yang mungil.
“kamu sedang berbahagia ya,pluk?”
“iyah,sebentar lagi akan ada makan buahku,nyit. Aku sangat senang”
Setelah berkata demikian,tiba-tiba sebuah truk melintas di kawasan istana tebu dan menggilas tubuh si cipluk. Untungnya si putri kunyit dan si jahe terlindungi oleh daun- daun tebu yang sudah kering. Dalam hati kunyit,dia sangat kasihan kepada si cipluk. Truk berhenti,beberapa orang kemudian mengangkut tebu-tebu ke dalam bak. Dari kejauhan,beberapa tebu mengucapkan selamat tinggal kepada kunyit dan jahe dengan hati riang,lewat daun yang melambai-lambai mereka ungkapkan kegembiraan. Dari arah yang berlawanan,datanglah beberapa anak kecil membawa layang-layang. Karena capek berlarian,mereka duduk di sebelah mayat si cipluk. Dan.... hup,disantapnya buah cipluk dengan lahapnya. Satu,dua,dan tiga... habis sudah buah yang tadinya tergeletak ,berpindah ke surga. Putri kunyit menghela nafas panjang, jahe hanya tersenyum. Setelah puas menyantap daging si cipluk ,kedua anak tersebut kemudian melanjutkan bermain layang-layang. Karena kurang hati-hati anak tersebut terkena potongan tubuh tebu yang masih menempel di tanah. Karena potongannya berbentuk miring sehingga yang bagian atas menjadi runcing. Anak tersebut meringis ,menangis menahan rasa sakit. Dengan terpincang-pincang anak itu berjalan pulang. Kunyit dan jahepun ikut pulang dengan menempel pada saku celana anak tersebut.
Sesampainya di rumah si anak segera ke dapur menemui ibunya untk menangis, segeralah kunyit dan jahe kembali ke tempatnya. Wah, terlambat.... kunyit-kunyit yang lain sudah masuk bak pencucian.
“jahe, apakah kita akan membusuk di tempat sampah?”
“tidak kunyit,ayo lari masuklah pencucian itu!”
belum sempat kunyit berlari,sebuah tangan memungutnya. Kunyit terdiam pasrah seandainya tubuhnya akan dibuang ke tempat sampah. Dalam hati ia berdoa,sesakit apapun ia ingin berguan,tak ingin ke tempat sampah. Diam,hening. Tuhan... ampunilah aku,bisik kunyit.
Tangan halus itu kemudian memasukkan dalam bak pencucian bersama kawan-kawannya. Kunyit dicuci bersih, kemudian ditiriskan ,dan dimasukan dalam (pendeplokan). Semua proses itu,dilalui kunyit dengan hati yang riang hingga kesakitan tak ia rasakan. Sampai pada tahap pemarutan. Dan saat tubuhnya tak lagi ada,berganti dengan cairan kuning di gelas, kunyit mencium bau yang tak asing. Jaheeeee........ teriaknya riang. Kita akan mati menuju surga!. (by: asteria)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H