Mohon tunggu...
Retno Intani
Retno Intani Mohon Tunggu... Dosen - penulis freelance - dosen - praktisi media - pernah mengelola media televisi

travelling, membaca dan makan - makaaan ;-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita tentang Titilah

13 November 2024   10:07 Diperbarui: 13 November 2024   10:13 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"karena pendidikan saya cuma SMP jadi susah untuk mencari pekerjaan di negara sendiri" ujarnya. Dia mempunyai dua orang anak Dodik Aryo Nugroho (23 th) dan Denisa Candra Dewi (15th)  yang memerlukan banyak biaya sehingga dia memutuskan untuk bekerja  sebagai pekerja migran.

"Dua orang anak saya masih membutuhkan biaya yang sangat banyak, makanya saya tega meninggalkan kedua anak saya bekerja di negeri orang"  paparnya.

Awal bekerja ke Taiwan diajak oleh salah seorang temannya melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Di PJTKI dia memperoleh pelatihan-pelatihan untuk merawat orang lanjut usia maupun orang sakit dan diberi bekal pengetahuan bahasa lokal sehari-hari tempat dia akan bekerja.

Ketika awal-awal bekerja di Taiwan, Tilah acapkali sedih karena jauh dari anak dan keluarga tetapi karena majikan dan keluarganya sangat baik dan toleran ditopang lagi dengan keramah-tamahan masyarakat Taiwan, maka dia  kemudian bisa mengenal banyak orang, memahami budaya Taiwan dan menikmati pekerjaannya.

Tilah memang sangat menikmati pekerjaannya. Selain gajinya mencukupi untuk kehidupan keluarganya di Indonesia, hak-haknya sebagai pekerja migran terpenuhi, ia juga bisa memperkenalkan Indonesia kepada 'mas bos' dan keluarganya. Pada liburan tahun 2019, sebelum pandemi 'mas bos' beserta keluarga datang ke Indonesia berkunjung ke tanah Lot, Nusa Dua dan daerah lain di Bali. Dengan kursi rodanya yang khusus itu, Tilah mengawal 'mas bos' di Indonesia tidak sendirian. Ayahanda 'mas bos' turut menjaganya sehingga liburan di Indonesia dapat dinikmati 'mas bos' sekeluarga. "saya mau ke Bali lagi," ujar Luhsiang ketika ditanya kapan  ke Indonesia lagi.

Bagi Titilah, kerja keras itu sangatlah penting. Kerja keras diiringi dengan berusaha dan berdoa. Kerjakeras Titilah menjadi pekerja migran membuahkan hasil. Impiannya untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi tercapai. Tahun kemarin, anak sulungnya, Dodik berhasil menjadi sarjana Ilmu Komputer dari Overseas Chinese University (OCU) di Taichung, Taiwan.

Sampai hari ini, Tilah tetap terus mengaktualisasi diri dengan membuat vlog kegiatannya sehari-hari yang rata-rata disukai lebih dari seribu like. Vlog pribadi itu dibuat atas kemauan Tilah untuk mengisi waktu-waktu luang. "Itu keinginan saya sendiri dan tentunya dibantu sama bos saya.. isinya tentang keseharian dan kegiatan saya menjaga 'mas bos' saja. Untuk  pengeditan saya cari waktu di sela-sela pekerjaan saya dan waktu di malam hari setelah pekerjaan selesai." papar Tilah.

Untuk kegiatan membuat vlog di YouTube itu, ia berhasil memperoleh Silver Play Button dari Youtube. Tilah berharap dengan cerita keseharian yang dia tuangkan dalam vlog YouTube nya dapat memberi gambaran bahwa apapun pekerjaan seseorang kalau dilakukan dengan ikhlas dan tulus tentu akan memberi keberkahan.

Tilah merasa bahagia dan bersyukur bisa mewujudkan impiannya satu per satu untuk membahagiakan keluarga."Yang penting kerja keras, berusaha dan berdoa." pesannya.

Titilah, adalah potret wanita pekerja migran yang gigih ditopang dengan lingkungan kerja, peraturan pekerja migran dan masyarakat Taiwan yang toleran dan bersahabat membuat pekerja seperti Tilah mampu berdaya mewujudkan impian sejahtera bagi kehidupannya.(RI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun