KLINOMETER YANG MUDAH DIBUAT UNTUK Â PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI MENJADI BERKUALITAS
A. Latar Belakang
Bagi berapa guru  pasti menginginkan proses pembelajaran berjalan dengan baik yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Seorang guru harus dapat mencari cara agar siswanya dapat lebih mudah memahami konsep , khususnya trigonometri dengan metode yang tepat. Guru matematika pasti sudah mengetahui Klinometer, alat peraga untuk mengukur ketinggian suatu benda, dan lebar suatu benda dari ketinggian tertentu, tetapi mungkin belum tentu dapat membuatnya sendiri. Pada kesempatan ini penulis mencoba mengenalkan Klinometer yang Mudah dibuat siapa saja untuk meningkatkan pembelajaran Trigonometri. Dengan klinometer siswa lebih aktif, dapat menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, karena siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar khususnya dalam pembelajaran Trigonometri di SMP maupun di SMA. Seorang guru matematika perlu memanfaatkan sumber dan media pembelajaran yang efektif, efisien sehingga menghasilkan pesan yang menarik, menyenangkan dan melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran yang ada di sekolah.
B. Ide InovasiÂ
Bagaimana membuat Alat Peraga Klinometer yang sederhana, murah, Â mudah dalam membuat dan mudah dalam penggunakannya. Penulis berhasil membuat Klinometer yang dimaksud dan telah dibuktikan dalam pembelajaran Trigonometri di kelas X, baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Dan berhasil menjadi finalis Lomba Karya Tulis Guru (LKTG) dengan tema " Pembelajaran Inovatif" , yang diselenggarakan oleh MAGISTRA UTAMA. Pada penelitian penulis ternyata Klinometer dapat meningkatkan pembelajaran sebesar 4,8%, dari pembelajaran yang tadinya masih konvensional kemudian mencoba menggunakan metode yang inovatif dengan menggabungkan ceramah, diskusi, tanya jawab dan alat peraga Klinometer. Walaupun penulis belum berhasil menjadi pemenang dalam lomba tersebut, tetapi setidaknya sudah dapat memfasilitasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik lebih aktif dan berkualitas.
     Â
C. Kebermanfaatan
Pada mulanya (tahun Pelajaran 2007/2008) saat Kurikulum KTSP, guru atau penulis hanya mempunyai 1 klinometer buatan sendiri dalam pembelajaran. Tahun berikutnya th. 2008/2009 memakai 3 klinometer. Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 penulis sudah mamakai 6 alat peraga Klinometer dalam pembelajaran, yang dapat meningkatkan hasil belajar, walaupun peningkatannya sangat kecil. Ini disebabkan jumlah alat peraga tidak sejumlah kelompok diskusi yang sebanyak 9 kelompok dengan tiap kelompok berjumlah 4 orang. Karena hasil belajar belum cukup memuaskan peneliti, maka pada tahun 2010/ 2011, peneliti mencoba melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).  Pada penelitian ke-dua dengan dua siklus terdapat peningkatan hasil belajar yang tadinya dari siklus I 69,44% menjadi 71,43% pada siklus II sebesar 1,99%. Pada siklus I peneliti menggunakan alat peraga Klinometer sebanyak 9 buah, dan pada siklua II peneliti menggunakan alat peraga klinometer 17 buah. Hal ini dikarenakan siklus I terdapat 9 kelompok dengan rincian 1 kelompok terdiri dari 4 peserta didik. Sedangkan pada siklus II terdapat 17 kelompok dengan rincian tiap kelompok terdiri dari 2 peserta didik.  Dan semoga ide ini dapat  pula berguna bagi guru-guru matematika yang lain, dan alhamdulillah PTK penulis dapat masuk Daftar Lomba KI-2011, sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru, dan hasil belajar matematika pada pembelajaran Trigonometri dapat meningkat, dapat menerapkan ke dunia nyata.
Pada Kurikulum K13, dimana pendekatan ketrampilan proses sangat penting, untuk itu baik pada pembelajaran Trigonometri  khususnya pada pembelajaran perbandingan di SMP maupun SMA penggunaan alat peraga Klinometer sangat membantu menanamkan konsep dan menerapkan ke dunia nyata kepada peserta didik, begitupula pada pembelajaran aturan sinus di SMA penggunaan alat peraga klinometer sangat membantu peserta didik menerapkan ilmunya di dunia nyata. Baik kurikulum KTSP maupun Kurikulum 13 sama-sama menggunakan pendekatan ilmiah ( saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP). Pendekatan Ketrampilan Proses pada hakekatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan murid secara pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992). Pendekatan ketrampilan proses disini menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 2022 Kemendikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka. Di Kurikulum Merdeka pembelajaran memberi keleluasaan kepada pendidik untuk memberikan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas, adalah pembelajaran yang mampu meletakkan posisi guru dengan tepat sehingga guru mampu memainkan perannya dengan tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator, dimana guru memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Seperti dalam pelajaran Matematika materi Trigonometri khususnya Perbandingan Trigonometri dan Aturan Sinus, tersedianya alat peraga Klinometer sangat berpengaruh membuat pembelajaran menjadi berkualitas. Penggunaan alat peraga Klinometer untuk menghitung ketinggian membuat peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan dunia nyata yang sesuai dengan kecakapan pembelajaran abad 21 (4C) sebagai solusi menghadapi Revolusi industri 4.0. Kurikulum merdeka membuat pembelajaran berpusat pada peserta didik dan peserta didik merdeka belajar. Peserta didik dapat melakukan eksplorasi menggunakan alat peraga Klinometer. Peserta didik dapat berani memberikan Ide, gagasan, kreativitasnya, membuat mandiri berinovasi dan mempresentasikan karyanya. Kualitas pendidikan dapat meningkat dengan menciptakan pelajar yang berkarakter. Dalam pandangan agama, seseorang yang berkarakter adalah seseorang yang dalam dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: sidik, amanah, fatonah, dan tablig. Berkarakter menurut teori pendidikan apabila seseorang memiliki potensi kognitif, afektif dan psikomotor yang teraktualisasi dalam kehidupannya. Berkarakter dapat menciptakan profil pelajar Pancasila yaitu: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Dengan mempelajari Matematika khususnya Trigonometri menggunakan alat peraga Klinometer, peserta didik dapat memiliki kecakapan dan kemampuan dibidang matematika yang merupakan bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki peserta didik terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan  masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik dapat memanfaatkan alat peraga Klinometer dengan mengembangkan penalarannya, dapat lebih mudah memecahkan permasalahan dengan berdiskusi, bernalar kritis dalam memecahkan masalah  kehidupan sehari-hari, sehingga mempermudah dalam mempelajari mata pelajaran lainnya, dan sebagai sarana komukasi yang logis, singkat dan jelas.